Welcome to My Blog

Pembantu ( zone Cewek )

Wednesday 30 March 2016

Cerita Dewasa

0



Zone Dewasa

Aku tinggal disatu komplex perumahan, gak mewah sih, biasa2 aja. Tetanggaku seorang janda, usia 50 tahunan lah. Dia tinggal sendiri dengan seorang pembantu dan seorang supir yang mengantarkan si ibu kalo akan beraktivitas. Si ibu itu orangnya tinggi besar dan gemuk, mungkin beratnya 90 kiloan lah. Aku sih gak tertarik sama si ibu tapi sama pembantunya, Nyi Imas. Imas, dari namanya orang akan tau bahwa dia orang sunda, tepatnya orang banten, sejak banten berdiri sebagai satu propinsi yang terpisah dari jabar.

Walaupun pembantu, Imas kelihatan seperti layaknya abg gedongan kalo dia pergi dengan si ibu. Pakaiannya selalu modis walaupun tidak bermerk, jins dan kaus ketat seperti yang umumnya jadi seragam wajib para abg kalo mo mejeng. Layaknya perempuan sunda, Imas kulitnya putih bersi, wajahnya manislah, sayangnya agak chubby.
Sebenarnya aku tidak terlalu senang dengan cewek-cewek chubby, tapi karena tiap hari ketemu, lama-lama jadi tertarik juga seperti kata pepatah jawa yen trisno jalaran soko gak ono liane (ha..ha, sudah dimodifikasi rupayanya pepatah jawa ini) yang artinya kira-kira dengan terjemahan bebas karena sering ketemu lama-lama jadi suka. Aku sering juga ngobrol sebentar dengan Imas kalo pas papasan didepan rumah.
Pada suatu hari aku sedang membersihkan mobilku. Imas sedang bersih-bersih halaman, sopirnya sudah mudik mo lebaran dikampungnya yang juga didaerah banten, satu kampung dengan Imas.
“Kamu gak pulang Mas”, aku membuka pembicaraan sembari mengelap mobilku.
Tembok pembatas antara rumahku dan rumahnya gak tinggi sehingga kita masih bisa saling liat.
“Enggak om”. Memang dia biasanya memanggil aku om kalo ketemu.
“Napa”, tanyaku.
“Ibu mau liburan ke bali sama sodara-sodaranya, jadi Imas gak dikasi pulang. Disuru nungguin rumah”.
“Gak takut kamu sendirian di rumah. Kalo lebaran kan biasanya komplex kita ini sepi banget”.
“Takut sih om, om ndiri gak liburan”.
“Aku mah dirumah saja, nemenin kamu deh biar gak takut”, godaku sambil tersenyum.
“Om sih tinggal sendiri, gak punya istri ya om atau…. dah cere”.
“Aku dah cere Mas, istriku tinggal di Cirebon sama ortunya. Kami memang belon punya anak”.
“Maaas”, terdengar panggilan dari dalem rumahnya, rupanya si ibu manggil.
“Bentar ya Om’, kata Imas sambil meninggalkan aku, masuk kerumahnya.
Tak lama kemudian Imas keluar lagi, nemenin aku ngobrol.
“Napa mas”, tanyaku.
“Ibu nyuruh Imas cari taksi, dia dah mo brangkat ke rumah sodaranya. Rencananya besok mereka berangkat ke bali. Imas tinggal dulu ya om”. Imas keluar rumah, jalan mencari taksi keluar komplex.
Aku memandangi Imas dari beralakng. Pantatnya yang besar bergerak sensual sekali mengikuti ayunan langkahnya. Imas sehari-hari selalu mengenakan celana gombrang 3/4 dan kaos yang longgar. Walaupun celananya gombrang, pantatnya yang bahenol itu menarik untuk diperhatikan. Mendadak Imas nengok kearahku dan dia tersenyum. Aku jadi tersipu2 karena ketahuan lagi
memandangi dia dari belakang, terpesona melihat geolan pantatnya. Aku dah selesai membersihkan mobilku, aku memang tinggal sendiri, pembantuku yang part time (hanya datang untuk membersihkan rumah, nyuci dan setrika saja, sudah lama mudik duluan. Tak lama terdengar ibu sedang bicara dengan Imas, aku hanya melongok dari jendela, kulihat Imas sedang memasukkan koper si ibu ke bagasi taksi dan tak lama kemudian taksi melaju meninggalkan Imas sendiri. Segera aku keluar rumah.
“Dah berangkatya Mas”.
“Dah om. Tadi om ngeliatin Imas aja, napa sih”. Berani juga Imas mengajak aku membicarakan kelakuanku.
“Abis pantat kamu bahenol banget Mas, godaku.
“Ih si om mulai genit deh, mentang-mentang ibu dah berangkat. Kalo ada ibu om gak brani yaa”, dia bales menggangguku.
“Imas mo ditemeni gak?” aku to the point aja nawarin.
“Iya om, sebenarnya Imas takut sendirian kalo malem”.
“Ya udah, nanti malem Imas tidur dirumahku aja, ada kamar kosong kok. Atau mo sekamar sama aku?” godaku lebih lanjut.
“Ih si om makin genit aja”, kulihat Imas tersipu-sipu mendengar gurauanku yang makin menjurus.
“Kalo mau, aku gak mtersinggung lo”.
“Tersinggung apanya om”.
“Tersinggung itunya”.
“Ya udah, ntar abis magrib deh ya om, Imas mo beberes dulu”. Aku bersorak dalam hati ketika Imas mengiyakan tawaranku.
Aku dah lama memendam napsuku melihat bodi Imas. Biar chubby Imas merangsang juga. Toketnya lumayan gede, bulu tangan dan kakinya panjang2, lagian diatas bibir mungilnya ada kumis yang sangat tipis. Pastilah jembutnya lebat dan napsunya gede.
Sorenya, bakda magrib, terdengar Imas memanggil2,
“Om, om”. Aku segera keluar rumah. Kulihat sepi sekali sekitar rumah kami.
Imas tampak cerah dengan “seragam rumahnya”. Rambutnya yang sebahu cuma diikat dengan karet saja. Satpam komplex belum beredar.
“Dah dikunciin semuanya Mas, lampu luar dinyalain. Lampu dalem nyalain juga satu yang watnya kecil, biar gak disangka rumah kosong. Gas buat kompor dan water heater dah dimatiin?”
“Dah kok om, Imas ke tempat om sekarang ya”.
“La iyalah,masak mo besok ketempat akunya”. Imas segera menggembok pager rumahnya dan masuk ke rumahku.
“Om, punya makanan mentah gak, kalo ada Imas masakin”, katanya sambil ngeloyor ke dapur.
Karena rumah dikomplexku dibangunnya seragam, maka pembagian ruangnya sama, gak heran Imas tau dimana letak dapur. Aku mengeluarkan sayuran dan daging dari lemari es, dan memberikan ke Imas. Segera Imas sibuk menyiapkan masakan buat aku. Aku segera mandi dan ketika sudah selesai mandi makanan dah tersedia di meja makan. Nasi sisa tadi siang pun sudah diangetin.
“Yuk Mas, kita makan bareng”, ajakku.
“Enggak ah, masak Imas makan semeja bareng om”.
“Ya gak apa kan, kamu kan bukan pembantuku, malem ini kamu tamuku. Dah bagus tamu ngebantuin nyiapin makan malem”, aku menarik tangannya dan mendudukkan dikursi disebelah kursiku.
Karena Imas hanya menyediakan 1 piring dan sendok garpu serta segelas air minum, aku segera ke dapur untuk mengambil peralatan makan buat Imas.
“Gak usah om, biar Imas ambil sendiri”, Imas bergerak bangun dari kursinya.
“Gak apa, gantian. Kamu dah masakin buat kau, aku cuma ngambilin peralatan makan aja kok buat kamu”. Suasana segera menjadi cair, kamu ngobrol ngalor ngidul sembari makan.
Imas menceritakan latar belakangnya. Dia sebenarnya janda, masih muda sekali dia dikawinkan dengan seorang kakek-kakek didesanya, baru umur 15, sekarang Imas umur 19. Alesannya klasik. Bapaknya Imas utang ama si kakek dan gak bisa ngelunasin, maka Imas di”gade”in sebagai pelunas utang bapaknya, kayak crita sinetron aja yach. Perkawinan cuma tahan setahun, terus Imas dicerein, karena gak ada kerjaan di kampung Imas merantau ke Jakarta dan mencari kerja sebagai prt, dan tentunya ktemu aku (ha ha).
“Trus suami kamu keenakan dong mrawanin abg bahenol kaya kamu”.
“Ah Imas mah cuma menunaikan tugas sebagai istri aja. Cepet banget om, baru masuk, goyang sbentar dah keluar.
Imas mah gak pernah tuh ngerasain nikmat seperti yang orang-orang suka bilang kalo kawin itu nikmat”
“Kasian deh kamu, kalo aku yang ngasih nikmat mau gak”, omonganku makin menjurus saja.
“Om makin lama makin genit ih, ntar Imas balik ke rumah lo kalo digenitin terus”, katanya sambil senyum manja.
“Oh gak mau cuma digenitin toh, abisnya Imas maunya diapain”.
“Gak tau ah”, katanya sambil cemberut tapi tersenyum (Hayo, gimana tuh ekspresi orang yang cemberut campur tersenyum, bingung kan. Ines aja bingung kok).
“Kamu setahun kawin kok gak hamil Mas, dicegah ya”.
“Iya om, suami Imas gak mo punya anak lagi. Anaknya dari istrinya yang laen dah banyak katanya”.
“Terus kamu gak pernah kepingin ngerasain nikmatnya Mas”.
“Kepingin sih om, tapi kan gak ada lawannya”.



“Sekarang ada kan”.“Siapa om”.“Aku”.
“Ih si om, Imas mo pulang aja ah”, kembali dia cemberut, tapi aku tau kalo dia sebenarnya senang dengan gangguanku karena dia tetap saja tidak beranjak dari kursinya.
Makan malam selesai. Berdua kami membereskan meja makan, Imas nyuci prabotan makan, sementara aku menyiapkan film bokep untuk memancing Imas ke arah yang lebih asik. Pintu rumah dah kututup, gorden jendela dah kuturunkan juga. Suasana di ruang
tamu kubuat temaram dengan hanya menghidupkan lampu kecil saja. Suasanya berubah jadi rada romantis. Aku duduk di sofa, Imas menghampiri aku dan duduk diubin.
“Jangan diubin atuh Mas, sini duduk disebelah aku. Inget kamu bukan pembantu aku lo”. Imas segera duduk disebelahku, walaupun berjauhan.
“Kok lampunya digelapin sih om”.
“Kan kita mo nonton film, kamu pernah nonton bioskop gak”.
“Pernah sih om, waktu abis kawin Imas diajak suami nonton bioskop”.
“Di kampung kamu ada bioskop juga”.
“Iya om bioskop murahan”.
“Kalo mo maen filmnya lampu di bioskop digelapin kan”.
“Iya om, emangnya kita mo nonton film apaan sih, seru gak om filmnya”.
“Ya pasti serulah, mungkin kamu belum pernah nonton film seperti yang mo aku putar”.
“Film apaan sih om”, Imas sepertinya jadi penasaran.
“Dah nonton aja”, aku memutar filmnya. Gak seperti lazimnya film bokep, film yang kuputar ada critanya.
Jadi pendahuluannya dipertunjukkan sepasang manusia beda warna kulit, yang ceweknya orang Asia, sepertinya orang thai, dan cowoknya negro. Adegan awal enceritakan bagaimana mereka ketemu, jalan bersama dan akhirnya pacaran. Settingnya berubah ke rumah si negro, mereka ciuman di sofa sambil mulai saling meraba dan meremas.
“Ih kok gak malu ya om, gituan ditunjukkan ke orang2″. Kulihat Imas menatap seru ke layar tv, dia mulai hanyut dengan adegan saling cium dan remas.
Ceweknya dah tinggal pake bra dan cd, begitu juga cowoknya. kon tol si negro yang dah ngaceng nongol dibagian atas cdnya.
“Ih, gede banget yak. Punya suami Imas gak sege itu”. Imas terus menatap kelayar tv sehingga dia gak sadar kalo aku pelan2 menggeser dudukku merapat kerahnya.
Satu tanganku kulingkarkan ke bahunya, walaupun masih diatas pinggiran sofa. Waktu cowoknya mulai memasukkan kon tolku ke no nok si cewek, mulailah terdengar serenade wajib film bokep, ah dan uh. Imas kelihatannya makin larut dalam adegan yang diliatnya.
“Pernah nonton film ginian Mas”.
“Belum pernah om”. Aku mulai aksiku. Tanganku meraba2 tengkuknya.
“Om geli ah”, Imas merinding. Aku meneruskan aksiku. Dudukku makin merapat, Imas kupeluk dan kucium pipinya.
“Om, ah”, tapi matanya tetep aja lekat ke tv melahap adegan doggie sambil ah uh. Aku mengelus2 pundaknya dengan tangan satunya, pipinya.
kusentuh dan kucium lagi. Sekarang Imas diam saja. Jariku makin kebawah saja, mengelus pipi, terus ke leher. Imas menggeliat kegelian tapi tetep diam saja. Sepertinya dia sudah hanyut karena ngeliat tontonan syur itu. Pelan2 kusentuh toketnya, terasa besar dan kenyal. Karena Imas diam saja, aku makin berani, kuremas pelan toketnya sambil kembali mencium telinganya. Imas mendesah pelan tapi membiarkan elusan di toketnya berubah menjadi remasan. “Ooom”, lenguhnya lagi menikmati remasanku di toketnya.
Aku mematikan film dengan remote, segera Imas kurengkuh dalam pelukanku dan kucium bibirnya.
Dengan penuh napsu kuremas2 toket Imas. Imas menggeliat2 saja, sepertinya napsunya makin berkobar.
Remasanku di toketnya berpindah2 dari satu toket ke toket yang lain.
“Mas, aku buka ya kaos kamu biar bisa ngeremes langsung. Rasanya beda deh Mas kalo diremes langsung. Suami kamu juga kaya gini”.
“Enggak om, suami Imas dulu mah langsung masuk aja gak pake pendahuluan… eegh”. Kaosnya langsung kubuka keatas.
Imas menaikkan tangannya keatas sehingga mempermudah aku melepas kaosnya. Toketnya yang besar kenceng sepertinga gak tertampung di branya. Kembali aku mencium bibirnya, sembari tanganku meraba kepunggungnya untuk melepas kaitan branya, dan berhasil. Bra segera kusingkirkan dari tempatnya. Toket Inas yang bundar dan kencang dihiasi pentil yang kecil kecoklatan. Aku segera melanjutkan ciumanku dibibir mungil Imas, lidah kujulurkan masuk ke mulut Imas.
Rupanya dia mengerti mesti ngapain dengan lidahku. Dia menghisap2 lidahku dan menyentuhkan lidahnya. Lidah kami pun saling bebelit, sementara pentilnya kuplintir2 pelan sehingga pelan2 mengeras. Imas melenguh terus, ketika aku mulai menggosok selangkangannya dari luar celana gombrangnya. “Ooom”, lenguhnya. Selangkangannya terus kogosok lembut sambil tangan satunya memlintir2 pentilnya, kadang meremes2 toketnya. Imas dah pasrah saja dengan apa yang aku lakukan terhadap tubuh bahenolnya.
“Mas, aku lepasin ya celana kamu”, gak nunggu persetujuannya, aku membuka retsleting celana Imas dan memlorotkannya.
Imas mengangkat pantatnya untuk mempermudah aku melepas celana gombrangnya. Tinggallah Imas pake cd yang tipis. Benar dugaanku, jembutnya lebat sekali, sampe beberapa helai nongol pada lingkar pahanya. Kuelus2 terus belahan no noknya daru luar cdnya. Cd nya dah basah, rupanya Imas dah sangat bernapsu jadinya.
“Mas, jembut kamu lebat skale, pasti napsu kamu besar yach”. Imas hanya menggeliat2 saja, dan melenguh2 keenakan menikmati aktivitas tanganku pada dada dan selangkangannya.
“Mas, kamu dah napsu ya, cd kamu dah basah begini. Aku lepas ya”. Aku segera menarik cdnya ke bawah. Sekali lagi Imas mengangkat pantatnya sehingg meluncurlah cdnya meninggalkan tubuhnya.
Sekarang Imas sudah bertelanjang bulat didepanku. Tubuhnya yang putih dengan toket besar dan masih kencang sekali, pentil kecil yang dah mengeras dan sekumpulan jembut lebat berbentuk segitiga yang puncaknya mengarah ke no noknya.
“Mas, terusin dikamarku yuk”, aku menggandeng tangannya dan menariknya ke kamarku.
Imas kubaringkan di ranjang dan segera aku melepaskan semua yang melekat dibadanku.
“Om, gede banget kon tolnya, kaya yang di film tadi”. Imas membelalak melihat kon tolku yang sudah ngaceng dengan kerasnya.
Memang kon tolku ukurannya extra large buat standard Indonesia, tapi itu yang membuat perempuan yang pernah aku en tot terkapar lemes dan nikmat. Kami berdua telah bertelanjang bulat. Aku segera berbaring disebelah Imas. Pentilnya kupilin membuat Imas mengerang kenikmatan. Kemudian paha Imas kukangkangkan, jembutnya yang lebat menutupi daerah no noknya. Aku telungkup di selangkangannya dan mulai menjilati no noknya. Imas makin mengerang2. Serangan kulakukan bergantian disemua titik sensitif di tubuh Imas. Bergantian dengan bibir bawahnya, aku juga melumat bibir atasnya sambil meremas2 toketnya yang juga mulai mengeras itu.
Kemudian aku kembali kebawah menjilati pahanya sambil kedua tanganku masing-masing bergerilya pada toket dan no nok Imas.



“Aduh om, nikmat banget. ahh!” kata Imas.
Jilatanku mulai merambat naik hingga akhirnya kulumat dan kuremas toket Imas secara bergantian, sementara tanganku masih saja mengobok-obok no noknya. Desahan Imas tertahan karena sedang berciuman denganku. Tubuhnya menggeliat-geliat merasakan nikmat. Puas menetek pada Imas, aku bersiap memasuki no nok Imas dengan kon tolku. Aku memposisikan diriku diantara kedua belah paha Imas dan memegang kon tolku kearah no noknya.
“Aagh”, erang Imas ketika aku mendorong kon tolku dengan bernafsu.
“Napa Mas, nikmat?” kataku sambil meremasi kedua toketnya yang sudah basah dan merah akibat kusedot2.
“Gede banget om, no nok Imas ampe sesek rasanya”.
“Tapi nikmat kan”.
“Nikmat banget om, Imas blon pernah ngerasain ngen tot senikmat ini”. Aku menyodokkan kon tolku dengan keras sehingga Imas pun tidak bisa menahan jeritannya.
Aku mulai menggarap Imas dengan genjotanku. Dengan terus menyodoki Imas, aku meraih toketnya yang kiri, mula-mula kubelai dengan lembut tapi lama-lama aku semakin keras mencengkramnya. Aku juga mencaplok toket yang satunya. Imas yang mengerti apa mauku, segera membusungkan dadanya ke depan sehingga toketnya pun makin membusung. Aku menjulurkan lidahku untuk menjilati pentilnya sehingga makin mengeras saja. Imas merasa geli bercampur nikmat. Dia mendesah tak karuan merasakan kenikmatan yang belum pernah dirasakannya.
Ciumanku merambat naik dari toketnya hingga hinggap di bibirnya, kami berciuman dengan penuh nafsu sampai ludah kami bercampur baur.
“Aahh.. oohh.. Imas mau pipis rasanya.. om!” erang Imas bersamaan dengan tubuhnya mengejang.
Melihat reaksi Imas, aku semakin memperdahsyat sodokanku dan semakin ganas meremas toketnya. Akhirnya Imas nyampe, tubuhnya mengejang hebat dan cairan no noknya berleleran dipahanya. Erangannya memenuhi kamar ini membuat aku semakin liar.
“Itu bukan pipis Mas, itu tandanya kamu mo nyampe, nikmat kan”.
“Banget om.. aaah”.
“Mas ganti posisi yuk, kamu sekarang nungging deh”, kataku sambil mencabut kon tolku dari no noknya.
kon tolku berlumuran cairan lendir Imas yang menyembur dahsyat ketika dia nyampe.
“Mo dimasukin ke pantat ya om, gak mau ah”.
“Ngapain dipantat Mas, no nok kamu peret banget, enak banget dien totnya’.
“Abis kon tol om gede banget sih, no nok Imas pan belum pernah kemasukan kon tol segede kon tol om, makanya kerasa peret banget”. Imas pun nungging dipinggir ranjang dan aku berdiri dibelakangnya.
Tubuhnya yang dalam posisi tengkurap kuangkat pada bagian pinggul sehingga lebih menungging. Aku membuka lebar bibir no noknya dan menyentuhkan kepala kon tolku disitu. Benda itu pelan-pelan mendesak masuk ke no noknya.
“Heghh..heghmm…”, lenguhnya saat kon tolku masuk.
Imas mendesis dan mulai menggelinjang. Kepala kon tolku perlahan-lahan mulai menguak bibir no noknya yang sangat basah. Aku menekan kon tolku sedikit demi sedikit. Imas mulai mendesah-desah. Tiba2 aku menyurukkan kon tolku ke dalam no noknya.
“Aaa..”, jeritnya keras. Matanya membelalak.
kon tolku menancap dalam sekali di no noknya. Kemudian aku mulai menggerak-gerakkan kon tolku keluar masuk.
“Lebih keras lagiom”, erangnya.
Aku memompa kon tolku keluar masuk semakin bersemangat. Keringat mengucur dari seluruh tubuhku, bercampur dengan keringatnya.
” Om, Imas mau pipis lagi”, kataku terputus-putus.
“Aku juga”, sahutku.
Aku meningkatkan kecepatan genjotan kon tolku . Imas menjerit-jerit semakin keras, dan merangkul aku erat-erat. Dia sudah nyampe. Akhirnya dengan satu hentakan keras aku membenamkan kon tolku dalam-dalam. Imas menjerit keras. Pejuku muncrat di dalam no noknya 5 atau 6 kali.
“Gila Mas, no nok kamu enak banget, sempit banget”. katanya.
“kon tol om juga keras banget, enak…” jawabnya. aku ambruk kecapaian.
“Istirahat dulu ya Mas”. “Emangnya om masih mo lagi”.
“So pasti dong mas, enak begini mah gak bole disia2kan. Kamu nikmat juga kan, masih mau lagi juga kan”.
“Iya om, nikmat banget”.
“Iya nikmat apa iya mau lagi”.
“Dua2nya om”. kon tolku yang melemas terlepas dari jepitan no nok peretnya.
Aku segera mengambil minum untuk Imas dan aku sendiri. Imas seneng dengan layanan yang aku berikan, mungkin dia belum pernah seumur2 diambilkan minum. “Om, Imas suka deh ama om, om memperlakukan Imas seperti istri om”. Aku terharu juga mendengar ucapannya.
Gairahku masih tinggi. Setelah aku merasa Imas cukup istirahatnya, aku segera memulai ronde kedua, pemanasan lagi, biar Imas napsu banget. Akupun berbaring disebelahnya, Imas menyambut aku dengan pelukannya. Aku mengelusi punggungnya, terus turun hingga meremas bongkahan pantatnya. Sementara tangan Imas juga turun meraih kon tolku.
“Gila nih kon tol, udah keras lagi..kan baru ngecret om?” tanyanya waktu menggenggam kon tolku yang mulai mengeras.
Akupun mulai menciumi telinganya, lidahku menelusuri belakang telinganya, juga bermain-main di lubangnya. Dengusan nafas dan lidahku membuat Imas merasa geli dan menggeliat-geliat. Kemudian aku melumat bibirnya dengan ganas, lidahku menyapu langit-langit mulutnya. Imas merespon dengan mengulum lidahku. Makin ahli dia berciuman, siapa dulu gurunya dong (ha ha). Tanganku meraba-raba kebawah ke no noknya yang sudah basah lagi, karena napsunya ternyata telah demikian tingginya. Aku tak sabar untuk segera ngen toti Imas lagi. Segera Imas kunaiki.
Pahanya kukangkangkan. Ketika kuraih kon tolku kutuntun kearah no noknya, tangan kanan Imas ikut menuntun kon tolku menuju sasaran. Saat kepala kon tolku menyentuh bibir no noknya, aku menekannya ke dalam, mulutnya menggumam tertahan karena sedang berciuman denganku. Lalu kutekan lagi dengan keras sehingga kon tolku menerobos ke dalam dan terbenam sepenuhnya dalam no noknya. Imas menghentak-hentakkan pantatnya ke atas agar kon tolku masuk lebih dalam lagi. Imas terdiam sejenak merasakan sensasi yang luar biasa ini.
Lalu perlahan-lahan aku mulai mengenjotkan kon tolku. Imas memutar2 pantatnya untuk memperbesar rasa nikmat. Toketnya tergoncang-goncang seirama dengan genjotanku di no noknya. Matanya terpejam dan bibirku terbuka, berdesis-desis menahankan rasa nikmat. Desisan itu berubah menjadi erangan dan kemudian akhirnya menjadi jeritan. Imas tak kuasa menahan rintihannya setiap aku menusukkan kon tolku, tubuhnya bergetar hebat akibat tarikan dan dorongan kon tolku pada no noknya. Pinggul Imas naik turun berkali kali mengikuti gerakanku. Jeritannya makin menjadi-jadi.
Aku membungkam jeritannya dengan mulutku. Lidahku bertemu lidahnya. Sementara di bawah sana kon tolku leluasa bertarung dengan no noknya.
“Oh..”, erangnya,
“Lebih keras om, lebih keras lagi.. Lebih keras.. Oooaah!” Tangannya melingkar merangkul aku ketat.
Kuku-kukunya terasa mencakari punggungku. Pahanya semakin lebar mengangkang. Terdengar bunyi kecipak lendir no noknya seirama dengan enjotan kon tolku.
“Aku mau ngecret, Mas”, bisikku di sela-sela nafasku memburu.
“Imas juga om”, sahutnya. Aku mempercepat enjotan kon tolku.



Keringatku mengalir dan menyatu dengan keringatnya. Bibir kutekan ke bibirnya. Kedua tanganku mencengkam kedua toketnya. Diiringi geraman keras aku menghentakkan pantatku dan kon tolku terbenam sedalam-dalamnya. Pejuku kembali memancar deras. Imas pun melolong panjang dan menghentakkan pantatnya ke atas menerima kon tolku sedalam-dalamnya. Kedua pahanya naik dan membelit pantatku. Imas pun mencapai puncaknya. kon tolku terasa berdenyut-denyut memuntahkan pejuku ke dalam no noknya. Beberapa detik kemudian badanku terkulai lemas, begitu juga Imas. Dia terkapar di ranjang, kedua toketnya nampak bergerak naik turun seiring desah nafasnya.
Kami terkapar dan tertidur kelelahan, gak tau berapa lama. Tapi kemudian aku terbangun karena merasa ada remasan di kon tolku. Kulihat Imas sedang menelungkup dikakiku. kon tolku dielus dan diermas2nya.
“Om, Imas kok pengen lagi ya”. Bener kan, perempuan dengan jembut yang lebat napsunya gede banget, pengennya dien tot berulang2, padahal dia tadi sampe teler aku en tot.
Dia merundukkan badan untuk memasukkan kon tolku ke mulutnya, benda itu dikulumnya dengan rakus. Aku segera memutar badanku sehingga kami berada pada posisi 69. Aku mempergencar rangsangan dengan menciumi kakinya mulai dari betis, tumit, hingga jari-jari kakinya. Imas jadi makin gila dengan perlakuan seperti itu.
“Ahh.. om, kok mau sih nyiumin kaki Imas”.
“Gak papa Mas, kamu isep terus dong kon tolku”. Jilatanku kemudian pindah kepahanya.
Imas otomatis mengangkangkan pahanya sehingga aku bisa mengakses daerah no noknya dengan mudah. “Om enak banget.. masukin aja sekarang!” rintihnya manja sambil mengocok2 kon tolku yang sudah sangat keras itu, kemudian diemutnya kembali. Akhirnya aku menyudahi serangan awal. Imas kunaiki dan aku menggesekkan kon tolku ke bibir no noknya. Kemudian kudorong kon tolku membelah no nok Imas diiringi desahan nikmat. Aku meremas toket kirinya dan memlintir2 pentilnya. Imas yang juga sudah napsu tambah menggelinjang ketika aku mempercepat kocokanku pada no noknya. Seranganku pada no nok Imas semakin cepat sehingga tubuhnya menggelinjang hebat.
“Aaakhh..aahh!” jerit Imas dengan melengkungkan tubuhnya ke atas. Imas telah nyampe.
Tanpa memberi kesempatan istirahat, aku menaikkan Imas ke pangkuanku dengan posisi membelakangi. Kembali no nok Imas kukocok dengan kon tolku. Walaupun masih lemas dia mulai menggoyangkan pantatnya mengikuti kocokan kon tolku. Aku yang merasa keenakan hanya bisa mengerang sambil meremas pantat Imas, menikmati pijatan
no noknya.
Bosan dengan gaya berpangkuan, aku berbaring telentang dan membiarkan Imas bergoyang di atas kon tolku. Dengan tetap berciuman aku mengenjotkan kon tolku ke no noknya, kon tolku yang sudah sangat keras tanpa halangan langsung menerobos no noknya, bersarang sedalam-dalamnya. Terasa nikmat sekali. Kedua toketnya kuremas2 dengan penuh napsu. Aku mengenjotkan kon tolku dari bawah dengan cepat, ini membuat Imas mengerang keras dan sepertinya sudah mau nyampe lagi. Baru sebentar goyang dia sudah mau nyampe saking nikmatnya. Imas menjadi semakin liar dalam menggoyang pantatnya. Dia sudah makin terangsang sehingga akhirnya badannya mengejang-ngejang diiringi erangan kenikmatan.
“Auu.. om!” jeritnya.
Untuk beberapa saat kami terdiam. Ia memelukku erat-erat.
“Mas, aku belum ngecret kok kamu udah nyampe”, katanya.
“Habis, nikmat banget sih rasanya kon tol om nyodok2 no nok Imas”, jawabnya terengah.
“Kita terusin ya”, Imas hanya mengangguk lemas.
Aku menyuruh Imas nungging dan membuka pahanya lebar2. Aku mendekat dari belakang. Aku menyapu lembut pantatnya yang mulus padat. Imas menggigit bibirnya dan menahan napas, tak sabar menanti masuknya kon tolku yang masih keras. Aku mengarahkan kon tolku ke no noknya. Perlahan-lahan kepala kon tolku yang melebar dan berwarna merah mengkilap itu menerobos no noknya. Imas mendongak dan mendesis kenikmatan. Sejenak aku berhenti dan membiarkan dia menikmatinya, lalu mendadak aku menghentakkan pantatku keras ke depan. Sehingga terbenamlah seluruh kon tolku di no noknya.
“Aacchh..!!”, Imas mengerang keras.
Rambutnya kujambak sehingga wajahnya mendongak keatas. Sambil terus menggenjot no noknya, tanganku meremas2 kedua toketnya yang berguncang2 karena enjotanku yang keras, seirama dengan keluar masuknya kon tolku di no noknya. Terdengar bunyi kecipak cairan no noknya, Imas pun terus mendesah dan melenguh.
Mendengar itu semua, aku semakin bernafsu. Enjotan kon tol kupercepat, sehingga erangan dan lenguhannya makin menjadi2.
“Oohh..! Lebih keras om.
Ayo, cepat. Cepat. Lebih keras lagii!” Keringatku deras menetesi punggungnya. Wajahku pun telah basah oleh keringat. Rambutnya semakin keras kusentak. Kepalanya semakin mendongak. Dan akhirnya dengan satu sentakan keras, aku membenamkan kon tolku sedalam-dalamnya. Imas menjerit karena kembali nyampe. Aku terus meremas2 toketnya dengan penuh nafsu dan makin keras juga menghentakkan kon tolku keluar masuk no noknya sampai akhirnya pejuku menyemprot dengan derasnya di dalam no noknya. Rasanya tak ada habis-habisnya. Dengan lemas aku menelungkup di atas punggungnya.
Besok paginya aku terbangun ketika jam sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh pagi dan aku hanya mendapati Imas yang masih terlelap di sebelah kiriku. Kuguncang tubuh Imas untuk membangunkannya.
“Gimana , puas semalem?” tanyaku.
“Gila Imas om en totin sampe kelenger, kuat banget sih om”.
“Imas suka kan aku en tot, kapan2 kalo ada kesempatan mau enggak ngen tot lagi ama aku?”
“Mau banget om, tapi jangan sampe ibu tau ya om. Imas belon pernah bangun jam 10 gini, enak ya om gak usah ngerjain tugas rumah tangga. Om gak laper, ntar Imas siapin”.
“Katanya gak mo ngerjain kerjaan rumah tangga. Kita pelukan di ranjang lagi. Masih mau lagi gak?”
“Kalo om bisa napa enggak, Imas nikmat kok dien tot om, mau deh terus2an dien totnya, biar lemes juga”. Aku memeluk dan mencium bibirnya, tanganku aktif menelusuri tubuhnya.
Ketika tanganku sampai ke bawah, kubelai bibir no noknya sekaligus mempermainkan it ilnya.
“Uuhh.. om”, Imas menjerit kecil dan mempererat pelukannya padaku.
Imas mendekatkan wajahnya padaku dan mencium bibirku, selama beberapa menit bibir kami berpagutan. Imas amat menikmati belaian pada daerah sensitifnya. Dengan tangan kanan aku memainkan toketnya, pentilnya kupencet dan kupilin hingga makin menegang, tangan kiriku meraba-raba no nokku. Imas menikmati jari-jariku bermain di no noknya sambil merintih2 keenakan.
“Maen lagi yuk Mas”.
“Ayuk om, Imas dah pengen dien tot lagi”. Luar biasa ni perempuan, gak ada matinya.
Napsunya besar banget, padahal semalem dah aku en tot sampe dia lemes banget, masih aja mau lagi. Aku meremes2 toket kirinya sambil sesekali memelintir pentilnya. Lalu aku membungkuk dan mengarahkan kepalaku ke toket kanannya yang langsung kukenyot. Imas memejamkan mata menghayati suasana itu dan mengeluarkan desahan.
“Mo pake gaya apa Mas”.
“Imas paling nikmat kalo dien tot dari belakang om”. Langsung aku menyuruhnya menungging, kuarahkan kon tolku ke arah no noknya.
Jembutnya yang hitam lebat itu kusibak sehingga tampaklah bibir no noknya yang berwarna merah muda dan basah berlendir. Kuselipkan kepala kon tolku di antara bibir no noknya. Imas mendesah.
Kemudian perlahan tapi pasti aku mendorong kon tolku ke depan. kon tolku menerobos no noknya. Imas menjerit kecil sambil mendongakkan kepalanya keatas. Sejenak aku berhenti dan membiarkan dia menikmatinya. Ketika Imas tengah mengerang-erang dan menggelinjang-gelinjang, mendadak aku menyodokkan kon tolku ke depan dengan cepat dan keras sehingga kon tolku meluncur ke dalam no noknya. Imas tersentak dan menjerit keras.
“Aduh om, enak!” Aku mempercepat enjotan kon tolku di no noknya.
Semakin keras dan cepat enjotanku, semakin keras erangan dan jeritannya.
“Aa..h.!” jeritnya nyampe. Kemudian Imas kutelentangkan diranjang.
Aku menaiki tubuhnya, pahaku menempel erat dipahanya yang mengangkang. Kepala kon tol kutempelkan ke it ilnya. Sambil menciumi leher, pundak dan belakang telinganya, kepala kon tolku bergerak-gerak mengelilingi bibir no noknya yang sudah basah. Imas merem melek menikmati kon tolku di bibir no noknya, akhirnya kuselipkan kon tolku dino noknya.
“Aah”‘ jeritnya keenakan.
Imas merasa kenikmatan yang luar biasa dan sedikit demi sedikit kumasukkan kon tolku. Imas menggoyangkan pantatnya sehingga kon tolku hampir seluruhnya masuk.
“Om, enjot dong kon tolnya, rasanya nikmat sekali”. Perlahan aku mulai mengenjot kon tolku keluar masuk no noknya.
Pahanya di kangkangin lebar-lebar, hingga akhirnya kakinya melingkar di pantatku supaya kon tolku masuk sedalam-dalam ke no noknya. Imas berteriak-teriak dan merapatkan jepitan kakinya di pantatku. Aku membenamkan kon tolku seluruhnya di dalam no noknya.
“Om, Imas nyampe lagi.. Ahh.. Ahh.. Ahh,” jeritnya.
Beberapa saat kemudian, dia membuka sedikit jepitan kakinya dipantatku, paha dibukanya lebar2 dan akhirnya dengan cepat kuenjot kon tolku keluar masuk no noknya. Nikmat sekali rasanya. Setelah delapan sampai sembilan enjotan kon tolku di no noknya, akhirnya croot..croot.. croot.. croot..
”Mas, aku ngecret”, erangnya. Pejuku muncrat banyak sekali memenuhi no noknya.
Setelah mandi kami baru menyiapkan makan pagi dan menyantapnya bersama.
“Mesra banget ya om, kaya penganten baru aja”. Sungguh nikmat tinggal bersama Imas selama majikannya berlibur ke bali.
Gak keitung berapa kali aku mereguk kenikmatan bersama Imas. Demikian juga Imas yang sepertinya ketagihan kon tolku ngenjot no noknya.



Continue Reading »

Diperkosa Tapi Enak ( Zone Cewek )

Tuesday 29 March 2016

Cerita Dewasa

0




Zone Dewasa


Kali ini aku akan bercerita mengenai nikmatnya diperkosa oleh teman suamiku yang ganteng dan gagah. Aku berasal dari kota Subang. Pendidikanku cukup baik, aku selalu berhasil dengan baik dalam tiap pelajaran, bahkan aku dapat lulus dari perguruan tinggi dengan IP yang sangat memuaskan. Tetapi itu semua tidak menjamin kebahagiaan, aku dididik dengan pendidikan yang kolot, serius, sehingga aku cenderung menjadi orang yang kuper dan pendiam. Namun itu tidak menyulitkanku dalam hal perjodohan, karena banyak orang mengatakan bahwa aku cantik, dan memiliki mata yang indah, aku tidak terlalu memahami apa yang mereka katakan, namun kebanyakan pria yang mendekatiku mengatakan hal serupa.

Karena itulah di usia yang relatif muda, 24 tahun aku berhasil menemukan jodoh yang baik, dia cukup kaya dan pengertian walaupun usianya jauh lebih tua dari aku, 31 tahun, maklum karena aku selama ini dibesarkan dengan didikan orang tua yang otoriter sehingga suamiku juga cukup selektif karena Mama hanya memperbolehkan orang yang qualified menurutnya untuk apel ke rumahku, bila pria yang apel ke rumahku berkesan norak dan hanya membawa kendaraan roda dua, jangan harap Mama akan mengijinkannya untuk berkunjung lagi.

Selama beberapa tahun, hubungan kami baik-baik saja, kami dikaruniai dua orang anak, dan kami sangat berkecukupan di bidang materi. Namun kadang-kadang tidak semuanya berjalan lancar, ternyata suamiku tidak bisa lagi memberi nafkah batin kepadaku, ternyata dia mengalami problem impotensi, karena over working. Tetapi alku tetap mencintainya karena dia jauh dari perselingkuhan dan dia sangat perhatian kepadaku.

Walaupun dia sudah tidak dapat lagi memberiku kepuasan, namun aku tetap menahan diri dan mencoba untuk tidak berselingkuh. Semuanya berjalan dengan baik sampai akhirnya datang Boni. Dia adalah rekan bisnis suamiku sejak lama, namun aku baru sekian lama dapat berjumpa dengannya, dia seusia suamiku, menurutnya dia dan suamiku berpartner sejak mulai bekerja, kami kemudian menjadi dekat karena dia orangnya humoris.

Dasar laki-laki tampaknya dia cukup tanggap dengan keadaan suamiku yang tidak mampu lagi memuaskan diriku sehingga akhirnya dia akan membawaku ke jurang kehancuran, aku dapat merasakan matanya yang jalang bila melihatku, terus terang saja aku merasa risih namun ada sensasi birahi dalam diriku bila dipandang seperti itu, aku tidak tahu mengapa, mungkin karena aku tidak pernah mendapat perlakuan seperti itu, walaupun ketika masih mojang aku mempunyai banyak kenalan pria.

Suatu saat dia menelepon dari hotel, dia menyuruh menjemput suamiku yang katanya minum-minum sampai mabuk, aku ingat waktu itu masih pagi betul, memang suamiku kadang lembur sampai malam sekali, sehingga aku tidak tahu kapan dia pulang. Betapa bodohnya aku, aku menyadari suamiku tidak pernah minum alkohol, entah mengapa ajakan Boni seperti hipnotis sehingga aku tidak curiga sama sekali.

Akhirnya aku sampai di hotel GS tempat Boni menginap, aku memasuki kamarnya dan dengan muka tak berdosa dia memaksaku untuk masuk, tanpa curiga aku cepat-cepat masuk dan mencari suamiku, namun ketika aku sadar dia tidak ada tiba-tiba mulutku dibekap dari belakang, napasku sesak sampai aku pingsan, entah apa yang terjadi selanjutnya, aku merasa ada kegelian di dadaku, seseorang mengelus-elus dan meremas-remas bagian dadaku.gairahsex.com Pelan-pelan aku terbangun, kulihat Boni sedang memainkan payudaraku. Oh, betapa terkejutnya aku, apalagi mendapati diriku terebah di tempat tidur dengan hanya baju atasan yang sudah terbuka dan BH-ku yang sudah dibuka paksa. Aku menyuruhnya melepaskanku kudorong dorong badannya tetapi dia tak bergeming.

Dia memegangi kedua tanganku dan menekuk kedua lenganku dan menaruhnya di samping kepalaku, sehingga aku praktis tidak bisa apa-apa, genggamannya terlalu kuat, dia tertawa kecil dan menciumi kedua puting payudaraku, aku menolak tapi entah kenapa aku merasa risih birahi. Kemudian dia memasukkan penisnya ke bagian kemaluanku, aku meringis-ringis dan berteriak, rasanya sakit sekali.

Tetapi aku sepertinya justru menginginkannya, di tengah pergumulan itu aku menyadari bahwa penis suamiku sebenarnya terlalu kecil, aku pelan-pelan merasakan kenikmatan, dasar lelaki tampaknya Boni sangat pintar mengambil kesimpulan, aku pasrah pada kemauannya, ketika dia membalikkan badanku sampai seperti merangkak, dia sangat agresif, tetapi aku dapat mengimbanginya karena sudah lama aku tidak merasakan ini. Dia kembali menusukkan penisnya di kemaluanku dan meremas-remas payudaraku. Ahh, memang aku merasakan kenikmatan yang luar biasa yang bahkan suamiku sendiri tidak pernah memberikannya. Kemudian merasa tidak puas dengan baju bagian atasku yang masih menempel, dia melepaskannya, sambil kemudian membuat posisiku seperti duduk dipangku olehnya.





Seperti kesetanan aku secara otomatis mengikuti irama kemauannya, ketika kedua tangannya memegang perutku dan menggerakkannya naik turun aku secara otomatis mempercepat dan memperlambat gerakanku secara teratur, dia tersenyum penuh kemenangan, merasa dia telah membuat ramalan yang jitu. Kurasakan dia kembali meremas-remas dadaku ketika dia merasa aku dapat mengambil inisiatif.gairahsex.com Sungguh seperti binatang saja aku, melakukan hal semacam itu di pagi hari, di mana seharusnya aku ada di rumah mempersiapkan sarapan dan mengurus anak-anakku. Sempat kurasakan tiada selembar benangpun menempel di tubuhku kecuali celana jinsku di sebelah kanan yang belum terlepas seluruhnya, tampaknya Boni tidak sempat melepasnya karena terlalu terburu nafsu.

Akhirnya dia menyuruhku mengambil posisi telentang lagi dan dia mengangkat dua kakiku direntangkannya kedua kakiku ke arah wajahnya dan dia mulai memainkan penisnya lagi, dan kurasa dia sangat menaruh hati kepada payudaraku, karena kemudian dia mengomentari payudaraku, menurutnya keduanya indah bagaikan mangkuk. Hmm, aku sungguh menikmatinya karena suamiku sendiri tidak pernah memberi perlakuan spesial pada kedua payudaraku ini, paling dia hanya meremas-remasnya. Tetapi apa yang dilakukan Boni benar-benar sungguh mengejutkan dan memuaskan diriku, dia menghisap putingku dan memainkannya seperti dot bayi. Hanya sebentar rasanya aku mengalami orgasme, aku merasa lelah sekali dan kehabisan nafas sampai akhirnya dia juga sampai ke situ.Gairahsex

Setelah itu aku merasa sangat marah dan menyesal kudorong Boni yang masih mencoba mencumbuku, kumaki dia habis-habisan. Tampaknya dia juga menyesal, dia tidak dapat berkata apa-apa. Boni kemudian hanya duduk saja sementara aku sambil menangis memakai kembali seluruh pakaianku. Aku mencoba menenangkan diri, sampai kemudian Boni mengancamku untuk tidak mengatakan hal ini kepada suamiku, dia kembali menekankan bahwa bisnis suamiku ada di tangannya karena dia adalah pembeli mayoritas sarang burung walet suamiku. Aku membenarkannya karena suamiku pernah berkata bahwa Boni adalah koneksinya yang paling penting. Aku bingung olehnya, baru-baru ini ketika dia pulang ke kotaku, dia kembali memaksaku melakukan lagi hal serupa, bahkan dia pernah berkata bahwa suamiku sudah menyerahkan diriku padanya karena dia merasa tidak mampu lagi memuaskan diriku.



Continue Reading »

Bercinta Dengan Anak Dancer ( Zone Cewek )

Tuesday 15 March 2016

Cerita Dewasa

0


Bercinta Dengan Anak Dancer  ( Zone Cewek )

Zone Dewasa @

Namaku Randi, aku salah satu pelajar SMA di kota Palangka Raya. Kisahku ini adalah kisah nyata tentang aku dan salah seorang anggota team dancer sekolah kami. Namanya Hany. Hani seorang gadis dengan tubuh langsing, kulit putuh bersih dengan wajah tergolong cantik . Yang bikin aku makin tergila-gila sama Hany adalah toketnya yang lumayan besar. Sering aku membayangkan toket Hany yang masih dilapisi seragam putihnya.


Hany termasuk cewek yang supel, pintar bergaul dan tidak pilih-pilih dengan siapa ia ingin berteman dan itu memberi dia nilai lebih dimataku. Sering aku memperhatikan Hany yang sedang latihan nge-dance dengan teman-temannya di gedung olah raga sekolah selepas jam sekolah. Hari itu Hany dan teman-temannya sedang latihan. Aku langsung masuk ke dalam gedung seraya berteriak pada Hany dan teman-temannya.

”aku mau liat kalian latihan. Bolehkan..?”
”boleh-boleh aja” kata Lusi dengan gaya centilnya.

Lusi terkenal paling centil di sekolah. Lusi juga lumayan cantik. Mereka melanjutkan latihan mereka tanpa menghiraukan aku lagi. Waktu itu pandanganku hanya tertuju pada Hany. Aku paling suka melihat Hany nge-dance. Gayanya enerjik, dan paling seru adalah toketnya yang meloncat-loncat seirama dengan gerakan tubuhnya.

Mataku tak pernaha lepas dari Hany sampai mereka selesai latihan. Karena diluar lagi hujan maka terpaksa kami tidak jadi pulang. Kami menunggu sampai hujan reda, namun sialnya makin lama hujannya makin deras. Hari sudah gelap, Lusi dan teman-temannya yang lain nekat menerobos hujan untuk pulang kerumah masing-masing. Sekarang tinggal aku dan Hany. Hany sudah beberapa kali mencoba menghubungi kakaknya untuk menjemputnya. Tapi gak ada jawaban dari kakaknya..

”uda gelap ni Han, kok kamu belum dijemput juga seh..?” tanyaku prihatin.
”ga tau ni Ran, lagi pada sibuk kali sampai lupa ama aq” jawabnya dengan wajah cemberut.

Kelihatannya Hani sudah mulai bosan menunggu, dan hari pun semakin gelap. aku kasihan sama dia. Akhirnya aku menawarkan dia untuk nekat menerobos hujan dan Hany pun setuju. Jadi kami pun pulang dengan berhujan-hujan. Aku mengantar Hany sampai kerumahnya.

Sesampai dirumahnya, Hany menawarkan aku mampir kerumahnya.

”masuk dulu yuk, Ran”
”gak ah, uda basah kuyup gini” jawabku basa-basi padah ingin sekali aku mampir kerumahnya.
”gak apa-apa kok, Ran. Ntar aku pinjami baju kakakku. Skalian ntar aku buatin minuman anget. Anggap aja ucapan trima kasihku karena kamu uda mau ngantarin aku pulang”

Akhirnya aku tidak bisa lagi nolak ajakan dia. Akupun masuk kerumah Hany.

”orang-orang rumah pada kemana, kok sepi” tanyaku.
”gak tau juga. Mungin ada urusa diluar kale” jawab Hany yang tidak kelihatan memperdulikan kemana mereka pergi.

Wah enak ni bedua-duaan dengan cewek cantik hujan-hujan gini. Batinku.

Hany memberikan aku handuk dan pakaian ganti. Aku langsung mengganti pakaianku yang basah di kamar mandi. Waktu aku keluar dari kamar mandi, aku melihat Hany sedang membuat sesuatu di dapur. Hany mengenakan celana pendek warna putih dan baju ketat yang warna putih pula. Pas banget dengan warna kulitnya yang putih mulus. Lekuk-lekuk tubuhnya yang indah terlihat dengan jelas. Seksi sekali apalagi melihat pahanya yang putih mulus membuat jakunku naik turun menelan liur.

Tiba-tiba penisku menegang. Berrrr…

”lagi ngapain Han..?” sapaku
”eh, ini Ran, lagi bikin teh anget” jawabnya setenga kaget ” dingin-dingin gini kan enak minum yang anget-anget”
”bener tu, apalagi ditemani cewek cantik kayak kamu” godaku
”ah Randi, biasa aja kali. Gak usah ngerayu sgala” jawabnya tersipu malu.
”emang kenyataannya gitu kok. Kamu tu emang cantik Han” pujiku lagi. Pipi Hani bersemu merah karena malu. Kuraih tangan Hany, kuremas pelan..
”Han, sebenarnya aku sudah lama naksir kamu, tapi aku ragu untuk nyatainnya, kayaknya saat ini adalah momen yang pas buat ngungkapin perasaanku”

Hany cuma diam dan tertunduk.

Bercinta Dengan Anak Dancer  ( Zone Cewek )


”gimana Han.? Aku mau tau bagaimana perasaan kamu ke aku” lanjutku lagi.
”emmmm…emang kamu serius ama aku..?”
”iya, aku serius ama kamu” ucapku meyakinkannya.
”apa buktinya kalau kamu serius ama aku..?” tanyanya kemudian.

Aku bingung dengan pertanyaannya kali ini. Aku ga tau dengan cara apa aku membuktikannya. Namun akhirnya aku dapat ide. Aku mendekatkan wajahku ke wajah Hany. Perlahan-lahan dan akhirnya bibirku menempel di bibir Hany. Hany hanya terdiam. Aku memberanikan diri untuk melumat bibirnya. Aku memasukkan lidahku ke mulutnya. Kini Hany bereaksi. Lidah Hany mengikuti irama lidahku. Lidah kami saling membelit. Nafas Hany sudah mulai tidak teratur. Hany mengalungkan kedua tangannya di leherku.

Ciuman kami semakin panas. Aku mulai berani meraba tubuh Hany. Kuusap naik turun punggunggnya untuk memberikan rangsangan. Lama-kelamaan tanganku semakin berani. Kini tanganku berpindah ke payudaranya yang empuk yang masih terbungkus baju. Hany tidak menolak, malah aku mendengar dia mendesah kecil. Ciumanku perlahan turun sesenti-demi sesenti hingga akhirnya sampai keleher Hany.

Desahan Hany semakin terdengar jelas. Aku terus menciuminya sabil terus meremas payudaranya. Aku mengangkat baju Hany, ternyata dia tidak memakai bra…aku langsung menjilat payudaranya yang besar. Aku hisap puting susunya yang berwarna kemerahan.

Sedangkan tanganku yang lain sibuk meremas payudaranya yang lain.

”aaaccchhh….eemmh…Randi, enak banget Ran…terusss…”

Desahan Hany semakin menjadi-jadi. Aku menarik lepas celana Hany. Kini tinggal celana dalam warna merahnya yang membungkus gundukan kecil yanga indah di selangkangan Hany. Aku mengusap-usap memek Hany dari laur CDnya. Terasa CD Hany mulai basah. Aku memasukkan tanganku dibalik CDnya. Aku memasukkan jari tengahku ke dalam memek Hany sambil. Hany merintah kenikmatan.

“aaach…Randi nikmat banget.. terus Wia, masukkan lebih dalam lagi Ran..emmh..”

Hany terus mendesah kenikmatan. Kulepas CD Hany. Kubalikkan tubuh Hany. Kuminta dia sedikit membungkuk. Kedua tangannya bertopang pada meja dapur. Aku segera melepas celana pendek yang aku pakai. Akupun sudah telanjang bulat karena aku memang tidak memakai CD. Aku langsung mengarahkan penisku ke memek Hany. Perlahan-lahan kudorong penisku masuk ke dalam memek Hany. “aaachh…” Hany menjerit tertahan ketika penisku mulai menerobos masuk ke memeknya. Memek Hany terasa sempit.

Tapi dengan usahaku yang gigih akhirnya seluruh penisku berhasil masuk ke dalam memek Hany.

“emhh…enak banget Ran…”
“memek kamu sempit banget Han..aahk..”

Aku mulai menyodok-nyodok memek Hany dari belakang. Hany terus mendesah kenikmatan sambil menggerakkan pinggulku maju mundur, aku menciumi tengkuk dan punggung Hany.

“aacch..enak Ran,..terus Ran..”
“iya Han, nikmat benget..aachh…”

Aku merasa memek Hany mulai berdenyut-denyut. Mungkin Hany sudah mencapai klimaks. Entah yang keberapa…

“terus Ran..emhh..aku hamper keluar Ran…”
“tahan dulu Han, aku juga uda mau keluar” aku menggerakkan pinggulku semakin cepat..aku merasakan ada sesuatu yang mau keluar dari penisku…seluruh badanku mengejang..saat itu aku merasakan kenikmatan yang teramat sangat. Begitu juga dengan Hany, tubuhnya mengejang. Menjerit kenikmatan…”aaaaachhh…aku mau keluar Han..” jeritku
“keluarin di dalam aja Ran..”

Akhirnya aku mengeluarkan spermaku di dalam memek Hany. Aku memeluk Hany dari belakang. Tubuhku terasa lemas..begitu juga dengan Hany..akhirnya aku dan Hany roboh dan terduduk di dapur.


Semenjak kejadian itu, aku dan Hany sering mengulangi lagi petualangan liar kami. Kadang kami melakukannya di rumahnya, terkadang di kostku, bahkan terkadang kalau sudah gak kuat nahan nafsu, kami melakukannya di alam terbuka.


Bercinta Dengan Anak Dancer  ( Zone Cewek )

Continue Reading »

Bercinta Dengan Guru ( Zone Cewek )

Monday 14 March 2016

Cerita Dewasa

0



Zone Dewasa


Naya telah menikah dengan pria bernama Suhendra yang pekerjaannya adalah teknisi di pengeboran minyak lepas pantai milik perusahaan asing yang hanya bisa pulang 5-6 bulan sekali.

Naya bertekad memulai profesinya sebagai High Class Call Girl saat ia tahu melihat bukti bahwa suaminya main belakang, selama bekerja di lepas pantai Suhendra suka membawa gadis-gadis nakal. Hal ini ia ketahui dari teman suaminya yang mempunyai dendam terhadap suaminya, teman suaminya itu menunjukan beberapa foto hasil jepretannya sendiri yang berisikan foto suaminya sedang memeluk dan mencium mesra gadis-gadis nakal.

Naya memulai kariernya di bidang pelacuran kelas tinggi dengan memasang sebuah iklan di koran, begini bunyi iklannya “Massage Raya, cantik dan berpengalaman menerima panggilan hub. 08656565656 dengan nama samaran Raya maka dimulailah petualangan terlarang Bu guru kita ini.

SMS mulai mengalir ke handphone Naya yang berisikan panggilan panggilan tapi ada juga SMS yang berisikan kalimat-kalimat porno, Naya tidak menanggapi semua SMS itu karena hal itu akan membuang waktu saja begitu juga dengan percakapan dengan calon-calon kliennya semua gagal mencapai kata sepakat. Karena harga yang ditetapkan oleh Naya sangat tinggi yaitu 1,5 juta sekali datang, tentu saja jarang yang berani memboking Naya.

Sampai suatu saat ada panggilan HP yang masuk saat ia mengajar di kelasnya.

“Permisi anak-anak ibu mau terima telpon dulu jangan ramai ya!”kemudian Naya berjalan keluar kelas dan menerima panggilan itu.
“Hallo Raya? ” terdengar suara berat seorang lelaki
“Ya dengan siapa Pak? ”
“Berapa tarif kamu semalam? ”
“1,5 juta bayar di muka, tidak kurang dari itu ”
“Ok done deal, kita ketemu di Kafe Bon Ami, Darmo Selatan jam 18.30 nanti malam sampai disana langsung miss call aku ya bye ..tut tut tut”

Dalam hati Naya merasa berdebar dan aneh karena ini adalah pertama kalinya ia akan mendapatkan panggilan serius dan anehnya orang tersebut tidak menawar harga yang ia ajukan, Naya termenung memikirkan telepon yang baru saja ia terima sampai seorang muridnya menegur “Bu, Ibu sakit ya? ” tanya seorang muridnya. “Oh nggak apa-apa kok, ayo masuk lagi” sambil memegang pundak muridnya.

Setelah selesai mengajar Naya segera pulang dan mempersiapkan diri, ia mandi dan berdandan secantik mungkin tapi tidak menor, dengan mengenakan gaun malam warna hitam yang anggun, Naya berangkat ke Bon Ami menggunakan taksi. Rasa berdebar semakin menjadi saat ia memasuki kafe dan dengan tangan sedikit gemetar ia memanggil no. HP lelaki yang tadi siang menelponnya segera saja terdengar bunyi handphone di pojok ruangan yang rupanya sengaja di taruh di atas meja oleh pemiliknya.

Mata Naya memandang ke arah sumber bunyi tersebut dan melihat lelaki berumur 45 tahun keturunan cina dengan pakaian necis dan berkacamata minus yang melambaikan tangan seolah olah sudah mengenal dirinya.

“Hi Raya, silahkan duduk disini ”. Ujar lelaki itu sambil berdiri menjabat tangan Raya yang tak lain adalah nama samaran Naya.
“Ok kita makan dulu atau langsung pergi nih? ” tanya lelaki itu.
“Kita bisa langsung pergi setelah pembayaran dilakukan ” ujar Naya ketus
“Wow santai saja non jangan takut ini aku bayar sekarang”. Sebuah amplop coklat disodorkan dan langsung dibuka dan dihitung oleh Naya
“Ok 1,5 juta kita berangkat, omong omong nama bapak siapa ” tanya Naya
“Teman-teman memanggil aku A Cun, yuk berangkat ”.

A Cun menggandeng tangan Naya dengan mesra seperti istrinya sendiri.

Dengan menggunakan mercy new eyes, A Cun membawa Naya meninggalkan kafe dengan santai tapi pasti mobil dibawa menuju ke arah daerah perumahan elit di daerah Dharmahusada. Ketika sampai di depan sebuah rumah mewah dengan pagar tinggi A Cun membunyikan klaksonnya, pagar besi itu terbuka secara otomatis meskipun tidak tampak orang di halaman rumah mewah itu, setelah mobil masuk sampai di teras rumah seseorang dengan seragam batik berlari kecil menghampiri mobil.

“Selamat datang Koh A Cun “sambil membukakan pintu mobil.
“Yang lainnya sudah pada kumpul toh, Yok? ” tanya Koh A Cun pada lelaki berseragam itu
“Sudah Pak, silahkan Pak ” kata petugas yang bernama Yoyok ini .

Mobil A Cun segera dibawa untuk di parkir oleh yoyok yang rupanya bertugas sebagai valet service. Acun dan Naya langsung masuk ke dalam rumah mewah itu

“Ini rumah Koh A Cun ” tanya Naya kagum melihat ruang tamu yang besar dan dipenuhi barang mewah
“Oh bukan, ini rumah perkumpulan semacam klub bagi kami untuk melepas kepenatan” ucap Koh Acun seraya membuka pintu ruang tengah yang di dalamnya berisi 3 orang lelaki dan 3 perempuan.

Di ruangan itu tersedia 5 kasur king size, 2 meja biliard, 3 set sofa mewah dan sebuah mini bar yang tertata apik serasi dengan ruang yang relatif besar itu, dari suasana ruangan sudah dapat diperkirakan bahwa ruangan ini sering di pakai sebagai ajang maksiat.

“Hoi Cun, lama sekali kamu, dapet barang baru ya?” tanya seorang lelaki cina berumur 56 tahun yang di panggil Koh A Liong.
“Ah nggak enak ah ngomong gitu di depan orang ” elak A Cun
“Koh A Cun, mending kamu kasih Mbak ini buat aku saja, kamu pake saja salah satu SPG yang aku bawa” ucap lelaki berbadan gemuk besar dan berkulit sawo matang yang dipanggil dengan panggilan Pak Angkoro.

A Cun mengamati SPG yang ditawarkan padanya, diantara tiga SPG itu ada satu yang paling menarik hatinya yaitu Lyvia Go. SPG berumur 21 tahun berdarah cina dengan tinggi 168 cm dan berat 48 kg berwajah mirip Ineke, dengan penampilannya yang mengenakan rok super mini dengan atasan kemeja ketat nan tipis membuat A Cun tak mampu menolak tawaran Pak Angkoro.

“Ok deh, Pak Angkoro boleh ambil Raya, saya pinjam Lyvia ” sahut acun sambil langsung menarik pinggang Lyvia dan mereka berdua melakukan deep kissing yang sangat panas sampai terdengar lenguhan lenguhan nafas mereka.

Lyvia yang diciumi dengan ganas segera membalas ciuman itu sambil membuka kancing kemejanya yang seakan tak muat menampung payudaranya yang montok. Dengan rakus Koh A Cun memelorotkan BH Lyvia dan menghisap puting berwarna coklat muda itu, sambil bercumbu tangan Koh Acun bergerak melingkar pinggang Lyvia dan melepas kait rok mini dan meloloskan rok itu turun sehingga kini Lyvia Go hanya mengenakan BH yang sudah tidak menutupi payudaranya dan sebuah celana dalam berwana putih berenda tipis yang sangat seksi sekali melekat di tubuhnya yang putih bak mutiara.

Dengan sekali angkat tubuh Lyvia Go dibawa Koh ACun menuju ranjang terdekat, lalu menelentangkannya sambil meloloskan celana dalam seksi itu dari tempatnya sehingga tampaklah kemaluan Lyvia yang sudah dicukur bersih, tanpa membuang waktu A Cun segera menjilat dan menusuk nusukkan lidahnya ke dalam vagina Lyvia yang diikuti dengan erangan nikmat dari Lyvia.

“Ahh, aduh enak Koh, dasyat aargh ”
“Enak ya Go? Kamu sudah berapa kali ngeseks selama jadi SPG ” tanya A Cun sambil mengocok vagina Lyvia dengan dua jari sambil terkadang menggosok kelentit mungil itu dengan jempolnya.
“Ini yang ke tu..juh aah hi hi hi aduh geli Koh ”
“Yang pertama ama siapa ” selidik A Cun mencari cari daerah g-spot dengan ujung jarinya
“Yang pertamaa, aduh yah yah aauh disitu Koh enak, yang pertama sama Pak Angkoro di WC showroom aah”

Untuk mengakhiri pemanasan ini maka A Cun menempelkan lidahnya di kelentit Lyvia, kemudian menggeleng-gelengkan dan memutar-mutar kepalanya dengan lidah tetap menempel di kelentit. Menerima rangsangan dasyat itu tubuh Lyvia melengkung bagai busur panah yang siap melesatkan anak panahnya.

“Aduh Koh A Cun, aargh masukin sekarang Koh jangan siksa aku lebih lama lagi hm? “.



Melihat Lyvia sudah terangsang berat maka Koh A Cun segera menghentikan permainan oralnya dan melepas bajunya sendiri dengan cepat, Lyvia yang melihat Koh A Cun melepas bajunya kagum melihat badan Koh Acun yang berotot, dadanya yang bidang dan perutnya yang terbagi 8 kotak sangat seksi di mata Lyvia yang biasanya melayani Pak Angkoro yang gendut. Semakin bernafsu untuk segera bersetubuh maka Lyvia Go membantu melepas celana Koh A Cun dan betapa kagetnya Lyvia Go ketika celana itu merosot langsung nongol benda sepanjang 16.5 cm (wah ternyata Koh A Cun tidak pakai celana dalam loh, tapi dengan tidak memakai celana dalam juga sangat baik bagi kesuburan pria kata Pak dokter).

Dengan posisi kaki yang di buka lebar lebar, Lyvia menanti Koh Acun sambil tangan kanannya menggosok gosok klitorisnya sendiri, Koh Acun mengambil posisi di tengah tengah kaki Lyvia yang terbuka lebar dan mengarahkan penisnya di muka pintu gerbang kewanitaan Lyvia.

“Aku masukin ya Lyv?”
“Sini kubantu Koh ” Lyvia memegang penis A Cun dan mengarahkannya ke liang senggamanya
“Seret banget ya Lyv, jadi susah masuk nih”
“Koh jangan bercanda melulu ah, kapan masuknya?”
“Ya udah nih rasain Lyv”
“Aauh aah aah pelan dikit Koh ”

Akhirnya pelan tapi selamat, penis Koh A Cun amblas ke dalam vagina Lyvia dan permainan kuda kudaan khusus dewasapun dimulai, Koh A Cun memaju mundurkan pantatnya dengan tempo sedang sambil memegang kedua betis Lyvia sebagai tumpuan tangannya.

Beralih ke ibu guru kita yaitu Naya Raya yang cuma bengong melihat permainan permainan liar di sekelilingnya.

“Wah suasananya panas ya? ” Pak Angkoro menegur Naya Raya yang bengong
“Ah nggak juga Pak, kan ada AC” balas Naya risih
“Nggak panas gimana, coba kamu lihat orang orang itu pada telanjang ngapain coba?”
“Eeng eeng gimana ya Pak ”
“Eng eng eng apa, ayo lepas bajumu, kamukan sudah di bayar toh? ”

Naya merasa harga dirinya diinjak-injak, di dalam hati Naya Raya berkata “Aku adalah seorang guru yang dihormati dan disegani oleh anak didik dan rekan sekerjaku kenapa demi dendam pada suami aku harus menjerumuskan diriku ke dalam lembah nista tapi sudah terlambat”, air mata mulai menetes di pipi Naya.

“Wah, kok malah nangis iki piye? Waduh!!” Pak Angkoro mengelus-elus perutnya yang besar karena bingung.
“Nggak Pak, ayo kita mulai aja permainan ini ” Naya mengusap air matanya.
“Ya gitu dong, itu baru semangat profesional jangan nangis lagi ya ”
Naya membuka gaun malamnya dengan pedih dan rasa hampa, demikian juga Pak Angkoro beliau membuka seluruh pakaiannya memperlihatkan tubuhnya yang gemuk dan hitam.
“Sini Ros, bapak akan membuat kamu melayang layang ” pangil Pak Angkoro
Naya yang masih malu dan canggung menutup tubuhnya yang bugil dengan tangannya sedapat mungkin sambil melangkah ke arah Pak Angkoro
“Wah kok malu malu gitu, jangan kuatir Ros bapak nggak akan kasar kasar sama kamu “, Pak Angkoro memandang tubuh Naya dari atas ke bawah.

Jakunnya naik turun memandang tubuh Naya yang menggiurkan, kulitnya yang kuning langsat bagai kulit putri kraton meskipun tidak seputih Lyvia tapi pancaran erotik dari mata Naya bagai sinar pancasona pusaka tanah jawa. Dan cara gerak Naya Raya sungguh membangkitkan gairah, keayuan khas gadis jawa terpancar dari setiap lekuk tubuhnya dan terutama payudaranya yang berwarna kuning gading sungguh mengundang birahi lelaki manapun yang melihatnya.

Dengan lembut Pak Angkoro meletakan kedua telapak tangannya di atas payudara Naya dan mulai memijat lembut sambil perlahan ia melekatkan bibirnya ke bibir Naya yang sensual di lumatnya bibir Naya, semakin lama semakin panas sampai kedua tubuh itu seolah menjadi satu, Pak Angkoro melingkarkan tangannya ke pinggang Naya dan menariknya sampai lekat pada tubuhnya dan mencumbu Naya dengan penuh nafsu. Dihisap dan dimasukannya lidahnya kedalam relung relung mulut Naya sehingga mau tak mau Naya membalas pagutan-pagutan liar itu. Hasrat kewanitan Naya benar-benar dibangkitkan oleh Pak Angkoro yang berlaku seperti kuda jantan dan mendominasi seriap permainan ini.

Naya mulai merasakan hawa panas naik dari dadanya ke ubun-ubun yang membuat Naya semakin tak berdaya melawan hawa maksiat yang begitu kental dalam ruangan ini sehingga akhirnya Nayapun terlarut dalam hawa maksiat itu.

“Ros aku minta dioral dong ” sambil menyodorkan penis hitamnya yang berdiameter 5 cm dengan panjang 14 cm.
“Nggak ah Pak, jijik saya! ih! ”
“Wah kamu kudu profesional Ros, kalau kerja jangan setengah-setengah gitu dong, gini aja kamu tak oral kalau sampai kamu orgasme berarti kamu kudu ngoral aku yah? ”. Belum sempat Naya menjawab Pak Angkoro telah menyelusupkan kepala diselangkangan Naya dan mulai melancarkan segala jurus simpanannya mulai dari jilat, tusuk sampai jurus blender yang memnyapu rata seluruh dinding permukaan vagina Naya sehingga dalam waktu 7 menit Naya sudah di buat kejang-kejang.
“Oooh Pak oouh oh pa..ak” Naya meregangkan ototnya sampai batas maksimal.
“Tuh kamu udah orgasme, nggak bisa bohong sekarang giliranmu” ucap Pak Angkoro senang.

Pak Angkoro menarik kepala Naya dengan tangan kirinya sementara tangan kanannya memegang penisnya sendiri sambil mengocok ringan, setelah mulut Naya dalam jangkauan tembak Pak Angkoro segera menjejalkan penisnya ke dalam mulut Naya. “Ayo dong Naya” Pak Angkoro menyuapkan penisnya seperti menyuapkan makanan pada anak kecil, setelah penisnya berada dalam mulut Naya maka dengan menjambak rambut Naya Pak Angkoro memaju mundurkan kepala Naya.

“Ehm ehm Pak Angko.. ehm ehm” Naya berusaha berbicara tapi malah tersenggal senggal
“Udah diam aja deh Ros jangan banyak bicara emut!”. Setelah lima menit berjalan Naya akhirnya secara mandiri mengulum ujung penis Pak Angkoro, sementara tangannya mengocok dengan kasar pangkal penis Pak Angkoro.
“Yes gitu Ros, wah kamu lebih hebat dari istriku loh, mau gak kamu jadi gundikku?” Pak Angkoro berbicara ngawur karena keenakan dioral Naya. Merasa jenuh dengan permainan oral akhirnya Naya meminta untuk bercinta.
“Udahan dong Pak, kita ngesks yang bener aja ya?” tanya Naya dengan halus. “Ok, kamu yang minta loh”.

Pak Angkoro menarik Naya yang tadinya mengoral dia dalam posisi jongkok menuju meja biliard dan menyuruh Naya menumpukan kedua tangannya menghadap meja bilirad sementara Pak Angkoro yang berada di belakang Naya mengatur posisi sodokan perdananya.

“Ros nungging dikit dong, ya gitu sip!” Pak Angkoro mengelus pantat Naya yang bahenol kemudian mengarahkan senjatanya ke vagina Naya.
“Aaouh Pak Angkoro, pelan Pak sakit penisnya bapak sih kegedean ” ucap Naya setengah meledek.
“Wah kamu itu muji apa menghina Ros? mungkin vaginamu yang kekecilan Ros” Pak Angkoro membalas ejekan Naya dengan menarik pinggul Naya ke belakang secara cepat maka amblaslah seluruh penis Pak Angkoro.
“Auuw gede banget, aauw aah ” Naya mulai menggoyang pinggulnya berusaha menyeimbangi goyangan Pak Angkoro.

Pak Angkoro membenamkan penisnya dalam-dalam dengan menarik pinggul Naya kebelakang, dengan penis masih tertancap di vagina Naya kemudian Pak Angkoro memutar pinggulnya membentuk lingkaran sehingga penis yang didalam vagina Naya menggencet dan menggesek setiap syaraf syaraf nikmat di dinding vagina.

“Aauh, Naya keluar ahh” Naya mengalami orgasme yang menyebabkan setiap otot di tubuh Naya mengencang sehingga tubuhnya kelojotan tidak terkendali.
“Loh Ros, kok sudah KO, belum 10 menit kok udah orgasme wah ini kalau cowok namanya edi, ejakulasi dini kalau kamu berarti menderita odi orgasme dini, ayo terusin sampai aku keluar juga ”.

Pak Angkoro mengganti posisi bersenggama dengan mengangkat tubuh Naya dan menidurkannya di meja biliard. Kemudian kaki Naya dibentangkan oleh Pak angkoro lebar-lebar dan dengan kekuatan penuh penis besar itu menerjang mendobrak pintu kewanitaan Naya, sampai-sampai klitorisnya ikut tertarik masuk, Naya yang masih dalam keadaan orgasme makin menggila menerima sodokan itu sehingga secara refleks Naya mencakar bahu Pak Angkoro.

“Oouchh Naya kamu ini apa-apaan sih, kok main cakar-cakaran segala?”
“Oouh aash sorry, abis Naya nggak tahan sih ama sodokannya Mas yang begitu perkasa” bujuk Naya agar Pak angkoro tidak marah.

“Jangan cakar lagi ya, kalo tidak rasain ini” Pak Angkoro menggigit puting Naya dengan lembut tapi sedikit menyakitkan.
“Aauw nakal deh” ucap Naya sambil menggoyangkan pinggulnya sendiri agar penis Pak Angkoro tetap menggesek dinding vaginanya.


Dalam waktu singkat Naya yang mula-mula seorang guru telah berevolusi menjadi pelacur kelas tinggi yang benar benar profesional baik dari kebinalan maupun ucapannya, semua sudah berubah Naya kini benar benar seorang pelacur sejati.




Continue Reading »

Menikmati Puspa dan Nayla ( Zone Cewek )

Cerita Dewasa

1




Zone Dewasa


Akkhh rasanya malas sekali menganggkat telpon. Paling orang iseng yang dah tau nomorku mau ngajakin PS. Aku biarkan saja, dan akhirnya berhenti juga. Tapi ternyata ponselku berdering lagi. Kali ini aku mengambil ponselku, akkhh no baru lagi, males buat angkat…

Dan setelah handphoneku berhenti berbunyi, tiba-tiba ada sms masuk.

“Nayla, kamu lagi ngapain sih? lagi dimana? Ini aku Iwan. Gimana sih kamu, katanya mau nemuin aku, atau aku aja yang sekarang jemput kamu” terus aku membalas pesan itu
“Oooh, maaf tadi lagi asyik online di fb. Nay kira orang-orang iseng yang mau ngajakin Ps, tahu sendiri, semenjak Nay update nomor Nay, banyak sekali yang miscall atau sekedar sms menggoda”

Kemudian pria yang di seberang sana itu menelpon Nay. Nay langsung aja angkat telfon

“Iya, kenapa Wan? ” tanyaku dengan suara nada males.
“Katanya mau nemenin gue karaoke, gimana si kamu”
” Yaa, maaf. Tadi aku juga pulang jam setengah sepuluh, ini juga masih capek banget ”
“Ya udah, gue jemput di gank ya”
“Ok”

Sambil menunggu, aku melanjutkan online. Ada beberapa yang inbox. Juga ada beberapa yang like juga koment status FP yang Nay kelola. Agak lama menunggu, kebetulan ada temen Fb Nay yang udah Nay anggap sebagai abang Nay sendiri. Nay panggil dia Abang, Nay juga sempet curhat masalah pribadi Nay. Nay juga punya temen FB yang sopan banget. Ga kaya yang lain, tiap sms atau telfon pasti ngajak PS. Tapi dia malah suka bikin Nay geli, sama bahasa tulisan nya. Sayang “Pria Tampan Sedunia” lagi nggak di Indonesa. Melainkan lagi kerja di Negri Jiran yang konon katanya penuh perilaku Extrem kepada tenaga kerja indonesia.

Handphoneku berbunyi lagi

“Iya Wan… kamu dah nyampe apa?”
“Iya cepet jangan lama-lama”
“Oke aku segera kesitu” desahku manja.

Batinku berdegub kencang, ternyata Temen FBku yang bernama Iwan itu manis sekali, walaupun di FB dia memakai profle Anime Kakashi, guru Naruto, Tapi dia inboxin foto real dia. Dan dia ngajakin Nay Buat Nemenin karaoke sekalian Dugem.

“Wooow, Nay.. Lebih manis daripada di foto”. Gombalsi Iwan.
“Akkh… bisa aja kamu. Kamu di foto kelihatan keren, kok ini ga keren sama sekali ya” Ledek aku.

Iwan cuma tersenyum. Ooh my GOD, senyumnya manis sekali. Aku jadi teringat sesuatu, yaa.. senyumnya mirip sekali dengan Alif, mantan kekasih Nay.

Bicara soal Alif, sangat sedih rasanya kalau Nay ingat peristiwa sepuluh hari yang lalu. Di saat Nay berhasil menemukaqn sosok dirinya, yaa setelah 2 tahun nggak bertemu. Tapi yang ada apa?!! Hanya Lontaran kata caci maki dan hinaan yang Nay dapatkan. Sedih sekali, hancur hati ini seperti tak ada harapan lagi untuk hidup.

Tapi Nay tetap biasa aja, sebisa mungkin menunjukan senyum Nay ini semanis mungkin.

Tak apalah kehilangan seorang Alif, yang penting Nay masih punya banyak keluarga di Panti Asuhan Kristen yang selama Ini membesarkan Nay, hingga Nay sebesar ini.

” Nay…Nay!! Kamu gakpapa kan?!”

Seru Iwan membuyarkan lamunanku.

” Iiiya, aku ga papa kok. ”
” Ngelamunin apa si? emmh apa kamu ngelamunin alif ya?! kemarin kok status fb kamu keliatan maksa kaya gitu! ”
” Sok tau kamu ah…!! ”
” Cerita aja Nay sama aku, siapa tau aku bisa bantu kamu.”
” Emmh enggak kok, aku cuma lagi mikirin adik-adikku di panti. ”
” oya mau kemana nich? ”
” Katanya mau karaoke! ”
” Iya, tapi dimana? ”
” Terserah kamu aja deh ”
” Oke, kita ke Cherry aja ya ”

Aku hanya mengangguk, Iwan pun melajukan mobilnya dengan cepat.

Suasana malam minggu yang lumayan ramai, walaupun belum larut malam, setelah memesan room kami pun berkaraoke ria selama 1 jam.

Pukul 00.15 kami berdua menuju ke Club. Dan Iwan langsung memesan 2 coktail.

” Emhh, Nay.. kamu suka minum-minum nggak?”
” Lumayan…” jawabku.

Kemudian Iwan menyalakan korek gas di tunjukan ke atas, selang berapa menit ada waitres pria mengham[iri kami berdua. Iwan tidak berkata apa-apa, melainkan membisikan sesuatu kepada waitres itu. Dan waitres itu pun mengngguk juga menerima sejumlah 3 lembar uang seratus ribu.

” Kamu jago minum gax nay?”
” Kan aku udah bilang, lumayan”

Iwan cuma tersenyum sambil menenggak coktailnya.

” Kenapa tersenyum?!” tanyaku heran.
” Ga papa kok, ga boleh ya emangnya? kamu sungguh manis Nay. ” ucap Iwan yang memulai menggombaliku. Dia membelai rambutku.

Jujur belaian yang Iwan berikan lain dari pada yang lain. Aku mersa nyaman dengan belaian mesra dari dia. Seperti belaian yang aku rindukan selama ini. Ya.. seperti belaian dari Alif.

Akhh aku langsung membuyarkan lamunanku sendiri. Kenapa juga aku harus terus-terusan memikirkan Alif.

Iwan pun menyodorkan segelas kecil minuman yang tadi sudah di pesan.

” Ini Nay, minum dulu, abis ini kita ” Nge’dance” ya.

Aku hanya tersenyum, dan menenggak minuman yang di berikan Iwan hanya sekali tenggak.

” Woow, amazing once Nay”

Aku cuma tersenyum tipis, kemudian aku mengajak Iwan turun buat Ngedance.





Aku bergoyang ala penari strippers. Merangkul leher Iwan, dan tanpa malu aku naik ke podium. Sorak sorai makin membuatku panas. Dan Iwan pun menyuruhku minum lagi. Sudah 4 gelas aku di jejali ntah aku sendiri nggak tau itu minuman apa, yang jelas agak pahit tapi lumayan manis. Mungkin campuran antara Guiness, Vodka, dan Anggur Merah. Melihat aku yang masih dapat mengontrol diri, Iwan langsung menyodorkan segelas minuman lagi, Aku pun tak peduli langsung menenggak nya. ( jujur Nay itu nggak gampang mabuk, tapi kali ini Nay mencoba pura-pura mabuk). Setelah menenggak gelas ke lima, aku pura-pura mencercau nggak jelas, lalu Iwan pun merangkul pinggulku dan aku merngkul pundak Iwan.

” Boleh aku miliki kamu malam ini Nay? ” bisik Iwan di iringi gigitan kecil di telingaku. Aku hanya mendesir. Iwan mencium keningku, akupun tersenyum.
” Apa boleh aku mencium bibirmu ” tanpa menjawab aku langsung mencium bibir Iwan, paling-paling Iwan berpikir kalau aku ini sudah mabuk.

Iwan pun tak mau kalah, dia memelukku semakin erat. Dan sesekali menelusupkan, menari-narikan lidahnya di rongga mulutku. Akupun membalas dengan menggigit kecil ujung lidahnya. Sedangkan tangan kanan Iwan meraba-raba bokongku yang sintal. ” Owhhhh…shhhh” seruku membuat Iwan semakin memanas. Iwan memberiku segelas minuman lagi, dan sekali tenggak langsung ku habiskan. Begitu juga Iwan, menghabiskan sisa minuman tadi.

” Nayla sayang… udahan yuk, aku dah ngantuk nich ”
” Emhh. aku belum mu pulang..!! aku mau minum joged-joget lagi” seruku yang pura-pura mabuk.
” Minuman kita udah habis sayang…” seru Iwan sambil memapahku.

Aku pura-pura mulai udah nggak sadar. Didudukan nya aku di kursi, sementra itu samar-samar aku dengar Iwan sedang memesan sebuah kamar di lantai atas.

Iwan terus memapah tubuhku, sementara aku pura-pura mencercau nggak jelas.

” Alif.. sampa kapan pun aku tetap menyayangi mu, walaupun kamu membenciku dan menganggapku hina. Tapi buat malam ini, please temenin aku. Aku ingin malam ini berada di sampingmu, tidur di pelukanmu. ”

Iwan pun mencium bibirku dan mengucapkan kata-kata mesra.

” Baiklah sayang, aku janji akan menemani kamu sampai besok. Malam ini aku milikmu Naya sayang. ”

Aku pun tersenyum, yaa memasang senyuman seperti halnya cewek yang sedang teler. Sampai di kamar, ada office boy dan Iwan pun memesan 1 botol Vodka. Aku pun langsung direbahkan di sofa. Selang beberapa menit office boy itu datag membawa sebotol minuman dan cake coklat juga es batu. Iwan pun memberikan 1 lembar 20ribuan sebagai tip. Setelah itu Iwan menutup pintu dan menguncinya.


” Sayang, apa kamu mau minum lagi? ”
Aku cuma mengangguk, dan Iwan langsung menyodorkan minuman nya ke mulutku. Aku pun meminumnya, tetapi hanya sedikit. Lalu aku berjalan, pura-pura sempoyongan menuju tempt tidur.

” Aku udah ngantuk..” pancingku.

Iwan pun memapahku, malah membopong tubuhku.

” Aku temenin kamu tidur ya! ”
” Hahaha, boleh asal jangan macam-macam! Kalau mau macam-macam pake tarif loh!!” candaku sambil tertawa lebar.

Kemudian Iwan melumat bibirku. Akupun membalas lumatannya. Entah mengapa melihat senyumnya juga aroma tubuhnya, seperti Alif! Akkkhh persetan dengan Alif!!! Fuck Alif!!!

Iwan mulai ganas menciumi bibirku, tapi tetap dengan sentuhan yang lembut. Dia membuka bolero yang ku pakai, yaa.. aku memakai dress hijau ketat dengan bolero hadiah waktu aku pemotretan. Dia langsung menelusuri leherku, sesekali mengecup juga menggigit lembut telingaku. Aku semakin melayang, dan Iwan mulai membuka Blazer juga kaos yang ia kenakan. Wooow, dada Iwan begitu atletis. Ada sedikit bulu di dadanya. Dengan tonjolan perut Six Pack nya, membuat aku semakin terkagum-kagum melihatnya. Kali ini dia menurinkan resleting samping sebelah kiri tepat di bawah ketiakku.

Sambil membisikan kata-kata mesra

” Baby… let me enjoy your body..” aku pun tidak menjawab, melainkan memberikan ciuman hot kepadanya.

Iwan langsung menurunkan dress yang aku pakai, dalam sekejap dia langsung bisa melihat dua gundukan daging kenyal berwarna putih dengan puting berwarna pink agak kecoklatan berukuran 36B. Ya,, itu lah ukuran buah dada Nay, dan setiap Nay memakai gaun hijau itu pasti nay nggak pernah memakai BH, karena sudah ada busa penyangganya. Iwan langsung meremas-remas buah dadaku.

” very beautiful breasts honey.. I like it!!!” seru Iwan, kemudian menancapkan mulutnya ke buah dada sebelah kiriku, sedangkan buah dada yang kanan diremas-remas dengan jari kanan nya.

Sesekali lidahnya berputar mengintari area puting payudaraku, dan berganti menghisap buah dadaku yang sebelah kanan. Terus turun hingga di bawah pusarku, dia menjilat-jilat pusarku. Nafsu birahiku pun semakin menggebu.

Maklum, baru kali ini ada pasien selembut dan semesra Iwan. Ditambah lagi dia…

” Akkkhhh…” desahku sambil meremas rambut kepala Iwan.

Iwan lalu melepas gaunku, kali ini aku hanya tinggal memakai celana G-String warna merah transparan. Membuat hidung Iwan tambah kembang kempis dan secepat kilat menyambar daerah sensitive ku. Diciumnya vagina ku yang masih memakai G-String, dan membelak CD ku dengan lidahnya, menelusup mencari-cari klitorisku. Aku menggelinjang kenikmatan, akhirnya di lepas juga CD ku.

Dan sekarang aku benar-benar telanjang bulat tanpa sehelai benang pun. Iwan menciumi vaginaku, kemudian menjilat-jilat klitorisku. Tanpa sadar, keluar cairan bening dari vaginaku. Iwan pun menghisap dan menelan cairan yang keluar dari daerah kewanitaanku. Aku menggelinjang penuh nikmat, ternyata senikmat ini rasanya. Maklum selama ini walaupun aku sudah beberapa kali main sex, belum pernah merasakan hal seperti ini.

Iwan pun kembali mencium lembut bibirku, terasa tajam sekali bekas aroma wangi dari vaginaku. Kemudian Iwan melepaskan celana jeans dan celana dalam yang dia pakai. Dan ternyata batang kemaluan nya sudah menjulang tinggi menghadap lngit-langit kamar. Penis berukuran 15,5CM dan berdiameter 3CM itu sempat membuat aku terkagum-kagum. Tanpa memberi kode, aku pun langsung mengocok penis Iwan dan mengulum batang kemalun nya, menjilat-jilat urat di bawah batang kepala penisnya, dan mengulum buah zakarnya.

Iwan berdesir, menandakan dia menikmati “Lollyanku”

” Owh terus sayaang,, kamu bener-bener hebat..” serunya.

Bagaikan menikmati Es krim MAGNUM yang gede dan mantap itu, aku menjilat dan menghisap sekuat tenagaku. Walaupun tak semuanya masuk kedalm mulutku. Hampir 15 menit ku kulum penis Iwan dengan berbagai gaya, dan aku merasa Iwan sudah mencapa puncaknya.

” Sayaang aku mau keluar niiiih…” serunya
” Keluarin di mulutku aja sayang…”

Croooot…croot…croot…croot

Sebanyak 4 kali Iwan memuntahkan madu cintanya kedalam mulutku. Dan Aku menelan nya, kemudian menjilati sisa spermanya yang menempel di kepala penisnya.

Iwan pun mencium bibirku, dan juga menjilat sisa sperma yang ada di bibirku. Jujur baru kali ini aku merasa nggak jijik sampai-sampai mau menelan sperma pria.




Di rebahkan tubuhku, Iwan pun mencium buah dadaku yang sudah mulai mengeras sedari tadi, dan jari kirinya di masukan ke Vaginaku. Bergantian mulutnya mencium bibirku, mengecup leher jenjangku.

“Akkkkhhh.. .. aku sudah ga tahan Wan..” tubuhku bergetar dan menggenjang hebat. Ya aku mencapai Orgasme.

Aku pun memeluk Iwan, kali ini Iwan meremas-remas pantatku yag halus dan kenyal. Kemudian tangan kiriku menuntun penis Iwan yang sudah sangat keras dan menegang itu menuju lembah cinta duniawi ku. Iwan pun perlahan-lahan mendorong masuk penisnya. Lumayan sedikit sulit, walaupun vaginaku sudah basah. Mungkin dikarenakan 1minggu aku tidak melakukn Sex juga penis Iwan yang besar berukuran 18 Cm.

Iwan mendorong lagi sampai separuh dari panjang penisnya, kemudian di tarik dan di dorong kembali. Sedikit demi sedikit akhirnya menancap sempurna di vaginaku yang sempit dan basah.

” Juniormu sangat besar dan gagah segagah wajahmu Wan..” ucapku yang mulai ngaco.
” Emang kamu belum pernah dapet yang segede ini?”
” Pernah si, tu waktu pertama gue di perawanin dulu, sama kaka pacar gue sendiri… hahaha.. ooohhh aakkkhhh… akkkhh enak sekali Wan..”
” Hmm sama si Triztan itu ya! Langsung jebol dong! tapi lebih hot punya siapa? punyaku atau punya Triztan?”
” Jels punya kamu sayang… akkkhhh… uuukkkhh”

Akupun semakin kencang menggoyangkan pinggulku naik turun, sampai-sampai kurasakan mentok ujung kepala penis Iwan menyentuh dinding rahimku. Selang 10 menit Iwan mencabut penisnya. Dan memberi isyarat agar aku menungging, yaa.. dengan gaya dog style. Iwan lebih kencang dan lebih terasa keras lagi menghantapkan penisnya kedalam vaginaku.

“UWWWHH..AAAKKHH OWWHHH…enak sekali punyamu sayang..”

Aku pun mencercau, merintih merasakan nikmat dan hilang kendali, kali ini benar-benar sungguh untuk yang pertama kalinya aku benar-benar menikmati persetubuhan ini. 5 menit berlalu, tapi penis Iwan benar benar masih keras dan perkasa.

” Wan… akkkkuu maauu keeluuuar..”

Iwan memberhentikan goyangan nya, dan ku jepit kuat-kuat batang penisnya di rongga vaginaku, aku menggelinjang… aku telah orgasme. Rasanya seperti melayang, sementara itu Iwan melanjutkan aktifitasnya,

” Tahan sebentar ya sayang.. aku belum klimaks..” seru Iwan dan sambil memasukan kembali penisnya, dan Bleeezzzz… croookookk…croook…croook bunyi yang terdengar di vaginaku membuat Iwan lebih bersemangat lagi, beceknya vaginaku yang sudah orgasme membuat Iwan tambah bergairah lagi, dia pun meremas-remas bokongku dan bergantian meremas payudaraku dari arah belakang.

Sungguh sangat nikmat bergaya dog style. Kemudian Iwan mencabut penisnya, dan merebahkan tubuhnya, kali ini dia menyuruhku bergaya Woman on Top, ya… AKu langsung saja tahu kode dari dia. Akupun duduk di depan dia, ku goyangkan pantat dan pingglku sambil mendesah hebat.

” Akkkhhhhh,, ooowhhhh,, sssshhhhhhhh bener-bener tahan lama sekali punyamu Wan..”
“Terus sayang, goyang yang kencang…… lebih kencang lagi”
” Wan…akuu maauu kkeeelll” belum selesai aku bicara, aku sudah orgasme lagi.

Kali ini aku diam, merebahkan tubuhku di dada Iwan yang bidang, sexy dan berbulu. Tapi masih dengan batang penis Iwan yang menancap di vaginaku. Iwan membelai-belai rambutku, dan kali ini dia menggoyangkan, memaju mundurkan menyodok penisnya ke vaginaku lagi. Pelan tapi sangat terasa, dan gairahku bangkit lagi. Ku hisap puting susu Iwan, ki jilati keringat yang membasahi bulu dadanya. Akkk.. suasana memanas lagi. Iwan membalikan tubuhku, kali ini akau terlentang lagi, Iwan semakin mempercepat goyangan nya, dan terasa amat sangat keras sodokn nya.

Dia sesaat membenamkan kepalanya di buah dadaku, menghisap bergantian dan mencium bibirku.

” Oooookkhh sayang.. benar-benar nikmat sekali sayang….. ngga sia-sia aku memberanikan diri bertemu kamu… Love you honey..”

Aku hanya diam. sambil merasakan tusukan penis Iwan yang semakin keras dan begitu kuat.

“Akkkhhh,, Wan.. aku mau kellluaarr lagii…” seruku sambil memeluk erat dan mencium menggigit bibir Iwan kemudian kuremas-remas rambutnya.
” Aku juga mau keluar sayaaaang… keluarin di mana…” seru Iwan
” Di dalaaaa” belum sempat selesai bicara tubuhku menggelinjang bersamaan dengan tubuh Iwan, bersamaan kami mencapai orgasme.
” Croott…crooott….crooot ” aku hitung ada 8kali Iwan memuntahkan spermanya di dalam vaginaku. Vaginaku terasa penuh sekali dengan genangan sperma

Iwan. Pelan pelan dia mendorong memajukan penisnya ke dalam vaginaku yang becek bercampur cairanku dan juga cairan dia. Rasanya ngilu sekali saat Iwan menggesekan kembali penisnya. Untung cuma sebentar karena penis Iwan berangsur-angsur mengecil. Iwan pun pelan-pelan mencabut penisnya. Cairan sperma yang menggenang di vaginaku pun menyembur keluar. Aku tarik tubuhnya, dan merebahkan dirinya di sampingku. Dia membelai rambutku, dan menyeka keringat di keningku juga wajahku.

Dan mengecup lembut keningku.

” Makasih Nay…”

Dan akupun membalas dengan mencium bibirnya yang sexy. Kemudian dia menarik selimut dan tidur sambil memelukku. Yaaa, kami berdua tidur tanpa memakai busana. Hanya ditutup selimut. Aku tersenyum melihat Wajah Iwan yang langsung tertidur pulas. Sama sekali tak ada penyesalan malam ini..

Yaa.. baru kali ini aku benar-benar melakukan sex dengan didasari rasa cinta, bukan karena terpaksa. Tapi rasanya nggak mungkin banget kalau Iwan juga mencintai aku dari hati, paling-paling ya dia hanya mencintai tubhku.

Akhhh masa bodo… capeek… waktunya tiduuur akkkkhh…

Tak terasa, pagi sudah menjelang. Dan ternyata Iwan sudah bangun sedang menghisap rokok dan meneguk minuman sisa semalam. Rupanya Iwan tidak sadar kalau aku sudah bangun. Aku langsung memejamkan lagi, begitu aku merasakan dia menoleh menghadapku. Dimatikan puntung rokoknya, dan ditenggak habis minuman yang di genggamnya. Kemudian dia menghampiriku, membelai rambutku.

” Andai saja Naya…” ucapnya pelan.

Lalu aku buka kedua mataku.

” Andai apa Wan?? ”
” Eh.. enggak kook.. emmh andai saja aku bisa berlama-lama bersama kamu terus ”

Aku pun tersenyum dan menjawab,

” Kapan pun kamu perlu atau butuh aku, asal aku lagi nggak sibuk. Aku mau kok nemenin kamu..”
Iwan tersenyum.. ” Andai Alif itu aku..”
” Sudah lah nggak usah membahas orang suci itu lagi!! ” seruku.
” Emmh, iya. Maafin aku ya Nay.. Nay aku bener-bener sayang kamu. Sejak permintaan pertemananku kamu konfrim, sejak kita sering chating aku bener-bener merasakan hal lain. Bukan sekedar nafsu sex belaka. Melainkan aku ingin menyayangi kamu lebih dari hatiku” Ucap Iwan dengan nada yang begitu pelan, dan juga dengan sinar mata yang memancarkan kesungguhan.

Aku menutup mulutnya dengan jari telunjuk kananku.

” Kita hanya sebatas partner Sex! Aku ulangin lagi HANYA SEBATAS PARTNER SEX!!! nggak lebih” Jawabku dengan senyuman lembut di iringi kecupan kecilku yang mendarat di keningnya.

Akupun beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi.

” Dan ingat, aku hanya mau main sex 1x semalam. Nggak mau atau nggak boleh minta nambah lagi! gini-gini aku bukan maniak juga tau aturan main sex! ” ucapku sambil tersenyum tipis, kemudian meninggalkan Iwan menuju kamar mandi. Belum sempat aku membuka pintu kamar mandi, Iwan memanggilku.
” Naay..”

Aku pun menoleh dan menjawab

” Nggggg… apa?!”
“Iya aku ngerti kok, bukan nya kamu sendiri yang bilang seperti itu waktu chating sama aku….. dan itu yang membuat kamu beda dari yang lain..” seru Iwan diiringi senyum tipis.

Dan benar saja, setelah aku sampai selesai mandi pun Iwan masih duduk di kasur. Sambil mengutak atik ponselnya.

” Sekarang giliran kamu mandi sana…” perintahku sambil mengelus-elus rambut kepalanya.
” Siaaap boss!! habis ini chek out mau sarapan dimana nih? ” candanya.
” Emmmh, udah sana cepetan mandi dulu! dah hampir jam 06.0 nich!” seruku.
” Yeee.. baru aja setengah enam kurang wleeeekks!” ledek Iwan sambil menjulurkan lidahnya sambil berlari menuju kamar mandi.
” Awas nanti kamu yaaa!!” seruku.

Usai mandi, kami pun chek out






Continue Reading »