Welcome to My Blog

Anuku........ ( Zone Cewek )

Wednesday 11 July 2012

Cerita Dewasa

0



Zone Dewasa


Ngentot Saat Malam Minggu tanggal 25 Februari 2012 kemarin ibuku pergi kerumah temannya yang ada diyogyakarta tapi aku nggak mengerti apa urusan mereka. Yang penting aku ditinggalin duit dan terutama bisa berduaan dengan pacarku yang bernama Ayu. Saat itulah kejadian yang benar benar nggak akan aku lupakan ini terjadi. Saat ibuku berangkat ke yogya sekitar jam 16.30 aku segera mengambil sepeda federalku dan pergi kerumah Fitri sahabat pacarku yang jarak rumahnya sekitar satu kiloan. Saat sampai dirumah Fitri aku langsung menyuruh Fitri menjemput Ayu sementara aku menunggu dirumahnya Fitri. Saat menunggu aku bermain dengan adik Fitri yang masih kelas 5 SD. Adik Fitri bernama Mala. Dia kelas 5 SD tapi sudah seperti anak kelas 3 SMP, bongsor dan sexy. Susunyapun sudah seperti anak remaja, ukurannya 32 A tapi fikiranya masih anak kecil. Tingginyapun sama hampir sama seperti kakaknya malahan tinggi Mala. Saat itu orang tua Fitri pergi keMatahari Klaten dan mereka berdua ditinggal pergi. Aku dan Mala bermain diruang tamu yang agak tertutup dari luar sambil nonton tv. Aku duduk disebelah Mala yang juga duduk disebelahku. Saat itu Mala memakai daster longgar dengan rok mini sepaha sehingga saat dia duduk seperti saat ini akan tersingkap. Paha mulusnya kelihatan hingga celana dalamnya yang berwarna putih kelihatan. Karena pemandangan itu kontolku langsung tegang mendesak celana jinsku.

“Mala main pengantinan yuk” ajakku berusaha untuk mencari cara agar dapat meraba tempik Mala atau susunya.

“Mas In main apa sih?” kata Mala nggak mengerti.

“Sini, saat ini pengantin cowoknya sedang main sayang sayangan dengan pengantin ceweknya” kataku sambil berusaha menariknya kepangkuanku menghadapku, diapun diam menurut.

 Saat sudah dipangkuanku rok mininya aku singkapkan agar kontolku pas ditempik Mala.

“Lalu cowoknya mencium susu ceweknya seperti ini” kataku sambil menurunkan tali dasternya yang longgar, mala diam saja.

 Aku melorotkanya sampai melewati tangannya lalu melepaskan daster atasnya. Ternyata Mala tidak memakai kaos dalam sehingga langsung telajang dada ketika dasternya aku pelorotkan. Bentuk susu kecil Mala sungguh luar biasa indahnya. Kecil mungil masih sebesar jambu biji dengan puting coklat mudanya mencuat sebesar biji kacang tanah. Sekitarnya coklat muda melingkar mengelilingi putting yang mencuat. Aku sungguh terpesona Aku lalu menunduk dan menjilat puting imut Mala dan kemudian mulai melumat lumatnya gemas.

“Mhh mas In geli, susu Mala kok diisep sih” katanya polos banget.

“Kan yang cowoknya sayang sama ceweknya” kataku lalu melanjutkan melumati susu Mala kanan kiri bergantian.

 Lama kelamaan Mala mulai menyukainya karena kepalaku dipeluknya erat erat. Tanpa dia sadari tanganku mulai meraba tempiknya yang masih terlapis celana dalam putih. Aku mulai meraba dari atas lalu mulai kebawah. Disaat sampai di depan lubangnya yang kecil dan juga pas didepan kontolku, aku membuka celanaku dan menarik keluar kontolku dari celana dalamku dan membiarkannya mengenai tempiknya. Aku lalu menyelipkan kontolku kedalam celana dalam Mala lalu menggesek gesekkannya pelan pelan. Mala nggak sadar karena keenakan susunya aku lumat lumat.

“Mhhh mas In apa nih yang ngganjel” katanya lalu tangannya memegang kontolku yang masuk kedalam celana dalamnya menggesekkan dengan tempik Mala.

“Nggak apa apa Mala, saat ini cowoknya mau buat adik sama ceweknya” kataku sambil terus menggesek gesekkan kontolku ditempik Mala.

Tangan Mala aku naikkan lagi dan aku kembali melumat susu Mala dan juga mempetting Mala hingga kurasakan lama lama tempik Mala basah juga. Mungkin karena keringat atau cairan apa aku nggak tau. Kudengar diluar ada becak yang datang didepan rumah Fitri. Kudengar juga suara ibunya Fitri sedang membayar ongkos becak. Aku lalu buru buru menurunkan Mala dan memasukkan kontolku kedalam celana dalamku lalu menutup resletingnya.

“Mala naikkan dastermu nanti dimarahi mama lho tuh mama dateng” kataku lalu menarik tali daster Mala keatas.

“Iya mas, mama dah dateng” kata Mala polos lalu keluar menghampiri mamanya.

“Ahh syukurnya” kataku dalam hati karena hampir saja ketahuan. Tenang deh ntar kamu juga dapet bagian juga kata hatiku sambil membelai kontolku yang masih ngaceng.

“Eh Indra lagi nunggu Fitri yah, mana Fitri?” kata mamanya Fitri ramah karena aku sudah sering main kesana

“Lagi jemput Ayu bu lek” kataku.“ooh ya sudah” lalu Iapun masuk kekamarnya.

“Mas lain kali main lagi yah kayak tadi” kata Mala.

“Iya sayang tapi jangan bilang siapa siapa yah” kataku lalu meremas susunya yang kelihatan mengintip menggoda.“Ahhh mas In sakit tau” kata Mala merengut sambil menutupi susunya.

“Jangan bilang bilang yah” kataku lalu Mala mengangguk dan menyusul mamanya kekamar. Aku kembali menunggu Fitri. Tak lama kemudian Fitri datang sambil membonceng Ayuku yang kusayang.

“Eh say kamu sudah izin kalau mau nginap?” tanyaku setelah Ayu datang dan duduk disampingku.

“Sudah sayang, aku izin kalau akan nginap dirumah Fitri” katanya.

“Ya sudah deh beres kalau gitu” kataku“Eh sekarang kita kerumahnya Fandi lalu keinternet bareng” kataku.

“Ya sudah kalau gitu aku ambil sepedaku dulu dan pamit kemama” kata Fitri masuk kedalam dan tak lama keluar membawa sepedanya disusul ibunya.

“Bu lek kami main dulu yah” kataku berpamitan kepada mama Fitri lalu kami bertiga langsung pergi bareng kerumah Fandi pacar Fitri.

 O iya aku belum memperkenalkan diriku, Ayu dan juga teman temanku. Namaku Krishna. Aku bersekolah sebuah madrasah di Klaten kelas 1. Kata teman temanku aku orangnya mirip bintang film Bollywood tapi yang mana aku sendiri nggak merasa begitu. Tinggiku sekitar 173-175cm. Aku tinggi karena aku sering latihan Tae Kwon Do. Penampilanku juga gaul dan funky jadi nggak kampungan.

Ayu siswi kelas tiga di SMP Negri 4 Klaten. Ayu orangnya tinggi semampai(sekitar 160cm), berambut panjang dan juga berkulit kuning langsat bodynya pun sangat sintal jadi kalau dinilai dia dapat 9, nggak 10 karena aku belum pernah bersetubuh dengannyaJ. Dia kalau diamati persis sekali dengan Nilam Koesworo penyanyi dangdut ibukota, dandanan Ayu juga gaul dan sexy menambah nilai lebih baginya saja. Ayu juga banyak yang mengejar terutama teman sesekolahnya tapi dia lebih memilihku. Ayu juga montok, BH nya berukuran 32b dan pantatnya membulat indah. Kalau Fitri nggak kalah cantik dari Ayu tapi Fitri agak pendek dan juga hidungnya nggak semancung Ayu. Dia mirip Lyra Virna model dan juga presenter Tv itu. Dia juga sexy tapi sayang susunya masih imut maklumlah masih kelas dua SMP. Sekolahnya di SMP Negri 3 Klaten jadi nggak sama dengan Ayu. Kalau Fandi anak kelas satu diSMU Negri 3 Klaten orangnya tampan dan berkulit putih. Dia mirip sekali dengan kiannya Westlife tentu juga banyak yang menginginkan Fandi menjadi cowoknya.


Setelah sampai dirumah Fandi kami langsung pergi keluar jalan jalan berempat. Aku membonceng Ayu dan Fandi membonceng Fitri dengan sepeda federal kami masing masing. Suasana malam itu benar benar romantis banget. Kami berempat langsung menuju warnet LUV yang dekat dengan jarak rumah Fandi. Kami berempat memang memiliki hobby yang sama yaitu catting diinternet atau membuka situs BF. Setelah puas kami berempat keluar dari warnet dan menuju kerumahku. Kami berempat menuju kerumahku dengan sepeda. Setelah sampai Fandi dan Fitri menuju kamarku. Aku cuma tersenyum geli.Pasti deh mereka mau peting lagi kataku dalam hati. Aku lalu menutup pintu rumahku dan memadamkan lampu ruang depan agar telihat seperti kosong. Aku dan Ayu lalu duduk dilantai ruang makan beralaskan tikar sambil nonton tv. Ayu duduk didepanku sambil rebahan didadaku. Lagi asyiknya memeluk Ayu aku mendengar teriakan kecil Fitri. Aku lalu melihat apa yang terjadi didalam kamarku.Aku langsung menyibakkan tirai kamarku yang menutupi kamar tidurku. Aku cuman bisa terdiam saat menyaksikan Fitri ditindih Fandi dengan telanjang bulat. Fitri dibawah seperti merasakan kesakitan namun juga kenikmatan. Ternyata tadi Fandi menusuk tempik Fitri dengan kontolnya. Kulihat cairan putih kental bercampur merah darah diselakangan Fitri. Ternyata Fitri masih perawan. Aku lalu keluar kamar nggak mau mengganggu kenikmatan mereka. Aku lalu kembali keruang makan dan kembali memeluk Ayuku.

“Ada apaan sih mas In?” tanya Ayu penasaran

“Nggak mereka lagi kawin”kataku. Saat itu terdengar rintihan rintihan antara kesakitan dan kenikmatan lirih.

“Sshhh.. aahkkhh.. aahkkh.. uuhh” desahan itu terdengar menggairahkan.

“Dengar nggak kamu yang?” tanyaku

“Iya mas, asyik yah kayaknya. Dah kebelet kali” kata Ayu

“Cobain yuk, kayaknya enak deh” kataku

“Iya tapi jangan disini. Dikamar aja yah” kata Ayu

“Iya kita kekamar sebelah” kataku lalu bangkit berdiri sambil menuju kamar sebelah diikuti Ayu.

Sesampai dikamar aku lalu menyibakkan rok Ayu lalu melorotkan celanapanjangku dan celana dalamku sekalian hingga lepas. Kontolku tegak mengacung acung keras karena tidak ada penghalang. Saat rok Ayu tersibak langsung terlihat tempiknya yang mungil tetapi rimbun dengan rambut halus karena tadi celana dalamnya sudah aku lepas dan kukantongi. Aku lalu melepas rok mini Ayu dengan menarik resleting belakangnya. Lepaslah sudah penghalang kelamin kami tinggal atasan kami. Kami lalu saling melumat dan memainkan lidah kami seperti kesetanan karena kami sudah terangsang.

Kontolku aku gesek gesekkan diperut Ayu yang mulus. Ahhh nikmatnya helemku tergesek kulit mulus. Tanganku lalu melepas kaos singlet Ayu dengan mengangkatnya keatas melewati kepala kami. Sekarang Ayu tinggal memakai BH birunya. Aku lalu melepaskan baju atasanku sampai aku bugil. Tanganku meraih kepunggung Ayu dan meraih kaitan BH Ayu lalu melepasnya dan membuang BH Ayu kelantai kamar. Kami lalu naik keranjang berdua. Aku langsung menindih Ayu dan melumat puting kanan Ayu.

“Ugh.. masshh” rintihan Ayu sangat indah didengar.

Kulumat puting Ayu kanan kiri bergantian sementara kontolku aku gesekkan nail turun diselakangan dan tempik Ayu lalu aku menurunkan ciumanku keleher putihnya Ayu kemudian membuat cipokan yang memerahkan leher itu dibeberapa tempat. Setelah puas membuat kenangan untuk Ayu dilehernya sebagai tanda bahwa malam ini kami lagi gituan lalu aku menjilat dada atas Ayu hingga jilatanku sampai pada putingnya yang merah kecoklatan. Aku menjilatinya sebentar lalu aku melumatinya bergantian kanan kiri kanan kiri sambil aku remas remasnya. Bila aku melumat yang kiri tanganku meremas yang kanan tapi bila aku melumat yang kanan maka aku meremas yang kiri sehingga susu Ayu semakin keras dan mumbul. Setelah puas aku nyusu aku lalu menjilat perut Ayu sebentar sampai jilatanku mengenai bulu tempiknya.Terasa geli saat bulunya mengenai hidungku. Aku lalu menjilati lipatan membelah merah ditempik Ayu.



“Mmhhh.. sshh.. aaahhh.. maasshh geli” rintihan Ayu menggemaskan.

Saat aku menjilati sambil terkadang menyedot nyedotnya. Basah sekali ditempiknya. Aku lalu menyelusupkan lidahku ditempik sempit Ayu lalu menjilatinya dengan cara mengeluar masukannya.

“Aahhh.. maasshh geeliii” rintihanya saat kujilati. Setelah aku puas menjilati tempik Ayu lalu aku berlutut didepanya.

“Yang emutin dong iniku” kataku sambil memegangi kontolku.

“Emoh ah geli aku” katanya sambil begidik geli.

“Nggak apa apa sayang, ayo dong” aku sedikit memaksa sambil mendorong pinggangku maju dan mendekatkan kepala Ayu keselakanganku.

Ayu lalu mulai menjilati helm kontolku. Geli bercampur enak mulai kurasakan. Lama lama Ayu mulai memasukkan kontolku kedalam mulutnya. Mulanya kena giginya. Sakit tapi enak menggelikan.

“Ahh yang jangan kenain gigi” kataku sambil memegang kepala Ayu.

Ayu terus saja melumat lumat kontolku sambil sesekali melirik kearahku yang merem melek keenakan.

“Enak yah say” katanya sambil tertawa kecil.

“He eh terusin dong” aku meminta kembali lalu Ayu ngemut kontolku lagi.

Kali ini aku memaju mundurkan pinggangku seperti menyetubuhi mulut Ayuku. Sensasinya antara enak dan sakit karena kena giginya tapi malah membuatku merasa nikmat. Setelah puas dikemutin Ayu lalu aku melepaskan kontolku dari mulut Ayu.

“Yang dimulai aja yuk, aku sudah nggak tahan nih yang” kataku lalu mencium bibir merahnya. Dia membalas kecupanku lalu menjawab.

“Iya, Ayu juga kok sayang. Aku sudah penasaran tapi pelan pelan yah yang” katanya manja.

“Iya deh sayang” jawabku lalu aku memposisikan diri diatas tubuhnya lalu mengepaskan kontolku dilubang tempik Ayu. Setelah pas dilubangnya lalu aku coba mendorong pelan pelan.

“Uhkhh…” ternyata susah juga maklum kontolku memang gede(18cm dengan diameter 5 cm).

Setelah tiga kali mencoba dorong akhirnya kepala kontolku masuk juga. Walau baru kepala kontolku Ayu kelihatan meringis menahan sakit sepertinya. Aku lalu mencoba mendorong pelan sekali takut menyakiti Ayu.

“Sleeph…” pelan pelan kontolku masuk tapi setelah 1/3 nya kontolku terhalang selaput tipis sekali seperti mencegah kontolku masuk lagi.

“Yang apaan nih kok nggak bisa masuk lagi?” tanyaku penasaran.

“Nggak tau lah mas” jawab Ayu sambil menggigit bibir menahan perih lalu aku menghentakan pinggangku keras keras kedalam tempik Ayu.

“Aaahhhkkkhhhh…” teriaknya kesakitan saat semua kontolku masuk kedalam tempiknya. Saat kontolku masuk semua seperti ada sesuatu yang robek tadi.

“Aduh mas tahan sebentar” kata Ayu sambil memegangi pinggangku erat.

“Tahan yah sayang, kata orang bila pertama kali akan sakit gini” kataku tetap menindihnya.

Rasanya sempit, enak, peret dan juga seperti diremas remas pelan pelan oleh dinding hangat dan lunak. Pokoknya enaaakk sekali. Setelah Ayu agak enakan nggak merintih lagi aku mulai mencoba menggoyangkan pinggangku naik turun walau masih pelan sekali karena peretnya tempik Ayu.

“Sleeephh.. bleess.. slleep.. blleess.. sleep” pelan pelan kontolku keluar masuk pelan pelan sedangkan Ayu menggigit bibir bawahnya menahan perih.

“Mmhhh maasshhh sakiithh” katanya pelan sekali sambil merintih rintih.

“Iyahh.. sayanghhh.. tahan yah nanti juga ilang” kataku diselingi desahan nikmat dan linu dikontolku.

Rasanya seperti diremes keras keras. Setelah agak lama menaik turunkan kontolku, tempik Ayu sudah agak lancar. Ayupun sudah nggak merintih kesakitan lagi bahkan rintihan sakitnya berubah menjadi desahan keenakan.

“Maasshh.. aahhh.. oohh.. sshhh.. aahhhh.. iaahhh” desahannya sambilpenggangnya dinaikkan saat kontolku keluar tinggal helemnya saja lalu kaki indahnya menjepit pinggangku erat erat.

“Aaahhh… sshh… aaahh… sshhh… aaahkhhh mass In enaakkhh sekarang cepetin dong kocokanya Ayu geli nih.. aahhh.. aaahhh.. aaa” katanya diantara desah sungguh menggoda.

“Iyah sayang akuu jugaaa.. aaahhh.. oohh.. mmhhh” desahanku juga geli geli nikmat dikontolku.

Tiba tiba…“Masshhh In.. Ayyuu aahkk.. ohhhkkhh” desahanya

“Ayu knapa sayanghh…”jawabku.

“Aaahh… oohhh Ayu mau pipis… iaahhhh” lalu sseerrrr.. serrr… serrr. Ada cairan hangat dan kental mengenai helemku. Oh rupanya Ayu keluar.

“Aahhkhh… oohhh tahan masshh bentaaarrr… aaaaaa…” teriaknya saat aku tetap menaik turunkan pinggangku saat Ayu keluar.

Rupanya geli banget. Lalu aku berhenti sejenak menunggu Ayu yang kepayahan karena pejuhnya keluar tadi tanpa mencabutnya.

“Enak nggak sayang” tanyaku sambil membelai belai rambut panjangnya.

“Ehmm nggak tau lah” jawabnya malu malu.

Kaki Ayu tetap menjepit pinggangku malah semakin erat. Setelah agak lama kami istirahat sambil saling berciuman memainkan lidah,aku mulai menggoyangkan pinggangku naik turun lagi. Kembali Ayu mendesah desah keenakan.

“Oohh… aahhh… maass In teruusshhh iyaahhh gitu maasshhh jangan berenti” desahannya keenakan sementara itu aku mendengar ada dua suara orang seperti habis berlari jauh lalu aku menoleh kesamping kanan.

 Disamping kananku ada dua orang yang sedang mengawasi kegiatan kami. Ternyata Fandi dan Fitri berdiri berdampingan sambil melihat kami. Fitri menyandarkan kepalanya didada Fandi sedangkan tangan Fandi merangkul bahu Fitri.

“Napa brenti sih mas” kata Ayu nggak sabaran.

“Itu ada Fandi dan Fitri” kataku

“Eh kalian dah enakan belum” tanya Ayu kepada mereka tanpa malu malu lagi disaat sedang aku setubuhi.

“Iyah enak kok” jawab Fandi“He-eh” sahut Fitri

“Ya sudah tunggu kami yah” sambung Ayu lagi

“Yuk mas lanjutin Ayu belum puas nih” Ajaknya kepadaku lalu aku kembali menaik turunkan pinggangku.

“Aahhh… oohhh… eennaaakkhhh… maasshhh In terusin kenthu Ayu sampai puas” desahan Ayu dibesar besarkan karena ada Fandi dan Fitri.

Aku tidak peduli karena aku merasa ada yang mau keluar dikontolku.

“Yaanghhh aku mau keluar nih” kataku lalu aku menggenjot tempik Ayu semakin keras.

“Iya… sama sama masshh… aaahhhh…” jawabnya disertai desahan karena Ayu juga mau sampai.

Slepph… sleephh… sleepp, kontolku semakin cepat keluar masuk ditempik Ayu karena sama sama merasa nggak mau berenti. Sreett… sreett… ssrreeeettt… pejuhku keluar didalam tempik Ayu sebanyak empat kali. Tak lama kemudian disusul Ayu yang memeluk tubuhku erat erat disusul helemku seperti disiram cairan lengket dan hangat. Setelah agak mereda orgasme kami aku langsung ambruk disamping Ayu sambil terengah engah. Sedang Ayu terbaring lemas sambil tersenyum puas.

“Enak yah tadi mainnya?” tanya Fitri sambil duduk disamping Ayu.

“He-eh… nikmat banget sampai kepayahan” kata Ayu.

Kami berempat lalu keluar dari kamar dan berbaring diruang makan sambil telanjang bulat.Kami sengaja bertelanjang karena kami merasa sudah nggak ada jarak lagi diantara kami berempat.

“Kamu bikin aku kewalahan juga yah dik” kata Ayu sambil membelai belai kontolku.

“Iya nih bikin orang dewasa nggak nahan aja” sahut Fitri sambil meremas punya Fandi dengan gemes.

Aku hanya meringis saja kegelian sambil memeluk kepala Ayu sedangkan Fandi tertawa pelan.Setelah kejadian itu kami sering melakukannya dikamarku,kamar Fandi atau juga bila hanya kami berdua sering melakukan dikamarku karena rumahku kalau malam sepi. Setelah empat bulan Fitri hamil karena Fandi sering mengeluarkannya didalam dan aku sering pakai kondom. Sedangkan Mala lebih sering aku kerjain sampai Mala keluar atau aku suruh ngemut kontolku bila rumah Ayu sepi atau bila Mala sedang sendirian dirumah.




Continue Reading »

Kisah Tata Sebelum Pernikahan ( Zone Cewek )

Cerita Dewasa

0



Zone Dewasa


Seperti yang pernah aku ceritakan pada kisah sebelumnya, aku sudah sangat sering berhubungan badan dengan adik laki-lakiku. Namun kali ini aku melakukannya dengan anggota keluargaku yang lain, yaitu Ayah kandungku sendiri! Aku sadar kalau perbuatan ini sangat salah. Tetapi aku tidak tahu harus bagaimana lagi, karena kini sudah tidak ada yang dapat aku lakukan untuk dapat merubah semuanya. Seperti kata pepatah ‘Nasi sudah menjadi bubur’. Mungkin ada yang masih ingat kalau aku adalah gadis keturunan Betawi dan Sunda? Ayahku memang berasal dari Jakarta. Walaupun perawakan Ayahku tidak tinggi besar, namun karena wajah beliau yang tegas, orang lain menjadi segan dengannya. Apalagi saat kumis Ayah masih sengaja dibiarkan tumbuh panjang yang tentu saja membuatnya menjadi terlihat semakin seram. Beberapa komentar dari mantan pacar maupun teman-temanku yang sudah pernah melihat Ayah membuatku semakin yakin kalau beliau cukup menakutkan. Sudah sekitar 2 bulan ini aku tidak bekerja lagi karena di kantorku sedang ada pengurangan karyawan. Setelah berhenti bekerja, aku hanya mengisi waktu luangku dengan melamar pekerjaan serta membantu Ibu di rumah. Sementara itu sekitar 2 minggu lagi aku juga berencana akan segera melangsungkan pernikahan dengan pacarku yang sekarang. Tentu saja hal ini membuatku cukup sibuk sehingga aku tidak terlalu mengambil pusing lagi memikirkan sulitnya mencari pekerjaan. Hari itu hanya ada aku di rumah, Ayahku sedang ada urusan penting, sedangkan Ibu pergi berbelanja kebutuhan pokok. Begitu juga dengan adik-adikku, ada yang sedang kerja maupun kuliah. Karena cuaca hari itu cukup panas aku memutuskan untuk mandi. Dengan segera aku mengambil handuk dari kamarku lalu menuju ke kamar mandi. Setelah melepas pakaian yang menempel satu-persatu, aku mulai membersihkan seluruh permukaan tubuhku hingga kembali harum dan segar. Kira-kira setengah jam aku berada di kamar mandi. Karena tidak ada orang lain lagi di rumah, dengan hanya mengenakan handuk aku segera menuju ke kamar tidur untuk berganti pakaian. Namun baru berjalan beberapa langkah, samar-samar aku mendengar suara pintu depan diketuk oleh seseorang. ‘Tok… Tok… Tok…’ terdengar lagi suara ketukan tetapi kali ini lebih keras. “Aduh… Siapa sih?” tanyaku dalam hati. “Teh bukain pintunya…! Ini Ayah…!” terdengar suara pria yang ternyata adalah Ayahku. Karena belum sempat berganti pakaian, dengan hanya masih memakai handuk aku langsung membukakan pintu untuk Ayahku. “Kok cepet sih pulangnya Yah?” tanyaku heran ketika aku sudah membukakan pintu. “Udah selesai kok urusannya…” jelas Ayah singkat. “Oh gitu? Ya udah Ayah istirahat dulu sana…” kataku sambil menutup pintu lalu menguncinya kembali. Setelah yakin pintu depan sudah dalam keadaan terkunci, aku pun segera beranjak ke kamar untuk berganti pakaian karena takut masuk angin. Ketika sudah berada di kamar aku mengambil pakaian dari dalam lemari. Baru saja aku bersiap untuk melepas handukku, tiba-tiba saja terdengar suara pintu kamarku dibuka. Tentu saja aku kaget karena ketika membalikkan tubuh rupanya Ayahku sudah berada di dalam kamar. “Ayah kok masuk nggak ketok pintu dulu sih!?” aku setengah membentak ke Ayahku. “Ma-maaf Teh… Ayah cuma mau tanya Ibu udah pulang apa belum?” tanya Ayah yang kemudian langsung duduk di atas tempat tidurku. Tidak biasanya Ayah masuk ke kamarku dengan tiba-tiba, apalagi tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Akhirnya handuk yang tadinya sudah siap untuk kulepas, aku kencangkan lagi ikatannya. “Belum Yah…” jawabku seadanya. “Kok tumben sih belum pulang?” tanya Ayah yang kali ini sambil memandangi tubuhku. “Nggak tau deh… Emangnya kenapa sih Yah? Baru ditinggal sebentar udah kangen aja sama Ibu…” kataku bercanda. “Hehehe… Bisa aja anak Ayah yang satu ini…” Ayah tertawa mendengar ucapanku. Namun setelah percakapan itu suasana menjadi sepi. Bukan karena tidak tahu harus berbicara apa, tetapi keberadaan aku dan Ayah di kamar ini. Selain karena hanya ada kami berdua, kondisi tubuhku yang masih memakai handuk juga menambah ketidaknyamanan di dalam ruangan ini. “Teh… Sini duduk di sebelah Ayah…” tiba-tiba Ayahku berkata sambil menunjuk tempat di sebelahnya. Tanpa ada perasaan curiga sama sekali, aku pun menuruti permintaan Ayah karena merasa beliau ingin membicarakan sesuatu yang sangat penting denganku. “Teh… Sebentar lagi kan kamu nikah…” kata Ayah serius. “Iya Yah…! Ayah seneng kan Teteh akhirnya nikah?” tanyaku memotong perkataan Ayah. “Ayah seneng kok Teh… Tapi sebenernya Ayah sedikit nggak rela kalo anak kesayangan Ayah diambil orang lain…” lanjut Ayah dengan raut wajah sedih. “Ya ampun…! Ayah tenang aja deh… Teteh tuh milik Ayah dan akan seterusnya kayak gitu kok…” jawabku berusaha menenangkan Ayah. “Ka-kalo begitu… Te-teteh mau kan bersetubuh sama Ayah?” tanya Ayahku dengan terbata-bata. “A-ayaah…!! Ayah ngomong apa sih!?” aku sungguh marah sekaligus bingung mendengar permintaan Ayah barusan. “Teh… Ayah sayang Teteh… Sebelum kamu nikah, Ayah pengen banget bisa bersetubuh sama kamu…” ucap Ayah yang membuatku yakin kalau aku tidak salah dengar. “…………” tenggorokanku terasa seperti tersendat dan tidak dapat berkata apa-apa lagi. Seolah tidak ingin menunggu jawaban dariku, tangan kanan Ayah mulai memegang daguku. Sementara tangannya yang sebelah lagi menggenggam tanganku, yang masih dalam keadaan memegang handuk, dengan penuh kehangatan. Ayah mengangkat daguku hingga kepalaku menengadah tepat ke arah wajahnya. Kulihat pancaran kedua mata Ayah begitu penuh kasih sayang, namun bukan seperti tatapan sayang orangtua kepada anaknya, melainkan layaknya seorang pria memandangi kekasihnya. Aku hanya diam saja diperlakukan seperti ini. Belum sempat aku berpikir atau berbuat sesuatu, tiba tiba wajah Ayah sudah berada sangat dekat dengan wajahku hingga membuatku menahan nafas. Kepalanya perlahan turun dan mengecup bibirku. Cukup lama Ayah mengulum bibir mungilku. Perlahan tetapi pasti, aku mulai gelisah. Birahiku mulai naik. Tanpa kusadari kuikuti saja kemauan Ayahku ini. “Aaaaah…” aku mendesah sangat pelan sehingga nyaris tidak terdengar. Setelah beberapa lama, kini aku antara pasrah dan menikmati cumbuan ini. Tiba-tiba saja bibirku diciumi Ayah dengan nafsu. Aku sudah tak bisa berpikir jernih lagi. Dengan memejamkan mata, aku langsung membalas ciuman Ayahku dengan liar. Kami berdua pun saling bertukar ludah dengan panas. Nafsu birahiku mulai tidak dapat tertahan ketika tangan kiri Ayah menyentuh payudaraku dan melakukan remasan lembut. Tidak hanya bibirku yang dijamah bibir Ayah. Leher mulusku pun tidak luput dari sentuhan Ayah. Bibir tersebut kemudian beranjak naik ke telingaku. Jantungku berdetak kencang dan wajahku terasa panas. “Mmmmh… Yaaaaah…” desahku ketika lidah Ayah mulai bermain di belakang telingaku. Ayah kemudian membaringkan tubuhku di atas kasur tempat tidurku agar posisiku dapat lebih nyaman. “Yaah jangaaaaan…! Na-nantiii ketauaaan Ibuuu…!” aku mencoba untuk menolak keinginan Ayah walaupun di dalam hati aku juga sangat menginginkannya. Tetapi Ayah yang sudah dikuasai hawa nafsu tidak menanggapi perkataanku sama sekali. Saat ini aku tidaklah seperti seorang putri kecil lagi bagi Ayah, melainkan sebagai objek pelampiasan nafsu birahinya. Sambil menindih tubuhku, bibirku diciuminya lagi. Tidak lama kemudian handuk yang melilit di tubuhku disingkapkannya, sehingga tubuhku kini dalam keadaan tanpa penutup sama sekali. “Badan Teteh harum bangeeet…” bisik Ayah mesra.



Ayah tidak puas-puasnya memandang dan menciumi tubuhku. Apalagi kulit putih halus yang membalut tubuhku semakin meningkatkan hawa nafsunya. Sehingga begitu pandangannya mengarah ke payudaraku, tangan Ayah mulai membelainya. Jari-jari kasarnya menjepit dan meremas-remas putingku, perlahan namun sama nikmatnya dengan remasan yang kuat dan keras. “Mmmmmmh…” aku mendesah nikmat. Sementara tangan Ayah mulai mengelus-elus pahaku yang mulus dan putih. Kedua putingku kemudian dikulumnya bergantian antara kiri dan kanan. “Yaaaah… Ooooohh…” desahku lagi ketika kumis tipis milik Ayah menggesek dadaku. “Ayah sayang kamu Teh…” kata Ayah sambil memandangku, kali ini dengan tatapan yang sangat aneh. “Yaaah… Teee… Mmmm…” belum selesai aku berbicara bibir Ayah kembali mengulum bibirku. Sewaktu Ayah mencium bibirku dengan memasukkan lidahnya, aku tidak tinggal diam. Dengan panasnya kami saling beradu lidah. Ayah sungguh pintar membuatku terhanyut sehingga saat ini aku sudah tidak memikirkan lagi bahwa perbuatan yang sedang kulakukan adalah sebuah dosa besar. Yang dapat kulakukan saat itu adalah memalingkan wajah ke samping karena merasa malu dapat terangsang oleh permainan Ayah kandungku sendiri. Tidak puas hanya bermain dengan bibir dan payudaraku saja, kini bibir Ayah mulai turun ke perut dan berhenti di vaginaku. Aku semakin terangsang ketika bibir Ayah mencium bibir vaginaku. Lidah Ayah kemudian mencoba untuk menerobos masuk ke dalam. Aku juga dapat merasakan hembusan nafas Ayah menerpa vagina bagian luarku yang semakin menambah sensasi nikmat. “Aaaaaaaah… Ayaaaaaaaah…!!!” aku mendesah kencang ketika lidah Ayah mengenai klitorisku. Perlahan kedua kakiku mulai melebar karena rangsangan dari lidah Ayah yang sedang memainkan klitorisku. Tubuhku terasa ingin terbang ketika merasakan jari-jari Ayah ikut bermain di dalam vaginaku. Aku dapat merasakan permukaan vaginaku mulai basah pada bagian belahannya, bukan hanya karena air liur Ayah, namun juga karena rangsangan yang terus-menerus diberikan oleh beliau. Setelah beberapa lama aku pun mulai memiliki keberanian untuk melihat ke bawah dimana selangkanganku sedang dijilati dan dihisap-hisap oleh Ayahku. Sungguh lihai mulut serta lidah Ayah menyedot dan juga menjilati vaginaku sampai membuat kakiku mengejang hebat. Lidah Ayah bergerak lincah, kadang dengan gerakan lambat, kadang cepat bahkan terkadang sampai menjilat memutari vaginaku. Akibatnya beberapa menit kemudian tubuhku mulai mengejang, lalu aku dapat merasakan dari dalam vaginaku ada sesuatu yang mengalir dengan kuat dan siap untuk dikeluarkan. “Oooohh… Teteeeeh keluaaaar Yaaaah…!! Ooooooohh…” aku mengerang panjang dalam orgasme pertamaku ini. Kemudian Ayah dengan sengaja menghentikan jilatannya untuk mengamati lendir vaginaku yang keluar dalam jumlah banyak sehingga sampai menetes ke tempat tidur. Sebuah senyum mesum terpancar pada wajah tua beliau. Sepertinya Ayah senang sekali karena berhasil membuat putri kandungnya mencapai puncak kenikmatan untuk pertama kalinya. “Sluurp… Enaak bangeet cairannya Teteh… Hhmmm… Jauh lebih enaak dari Ibu kamu…” kata Ayah sambil menikmati sisa cairan yang masih menempel di vaginaku. Sesaat kemudian Ayah mulai membuka seluruh pakaiannya yang masih dalam keadaan lengkap seperti ketika beliau pergi tadi, hingga kini kami berdua sudah dalam keadaan telanjang. Ayah lalu mengambil posisi berlutut di sebelahku lalu mengarahkan tanganku ke batang penisnya. Merinding juga aku melihat batang kemaluan Ayah yang sangat besar dan masih terlihat perkasa. Dengan mata sedikit terpejam aku mulai memegang batang penis Ayah dengan tangan kananku. Namun karena ukuran penis Ayah sangat panjang, maka tangan kecilku ini hanya mampu menggenggam hingga setengahnya saja. Perlahan aku meremas-remas penis tersebut sebelum mulai mengocoknya. Sesekali aku membuat gerakan memutar yang membuat Ayah menggelinjang nikmat. “Ooooh… Enaaaaak Teeeeh…!!” kata Ayah ketika aku mengocok penisnya itu dengan lebih cepat. Ketika wajahku sudah berada tepat di depan penis Ayah, dengan perlahan kujilati seluruh penisnya dengan lidahku. Mulai dari ujung kepalanya yang berwarna kemerahan, hingga batangnya yang kekar. Sesekali cairan bening yang keluar dari penis Ayah juga aku jilati hingga bersih. “Iseepiiin doong Teeeh…” perintah Ayah. Mungkin karena Ayah sudah tidak dapat tahan lagi dengan perlakuanku terhadap penisnya, dengan tidak sabar beliau mengarahkannya ke mulutku hingga akhirnya aku pun mulai mengulum penis tersebut. “Iyaaaaaah… Teruuuss…!! Ooooooh… Enaaaaaaaaak…!!!” teriak Ayahku. Karena aku sudah cukup berpengalaman dalam melakukan oral seks, Ayahku jadi sangat menikmati hisapanku. Penis Ayah yang berukuran besar keluar masuk di dalam mulutku. Sesekali aku menghisap penisnya dengan kuat sekaligus menggigitnya pelan. Kedua tangan Ayah juga tidak tinggal diam dan ikut bermain pada kedua putingku. Aku terus bekerja keras mengulum dan memainkan lidahku pada batang penis Ayah yang terasa sesak di mulutku. Benda itu bergetar setiap kali lidahku menyapu kepalanya. Ayahku yang semakin merasa keenakan menggerakkan pinggulnya ke depan dan belakang secara perlahan seolah-olah seperti sedang bersetubuh. “Mmmmhh… Kamuu jagooo bangeeet ngiseepnya Teeeh…!!” puji Ayah sambil mengelus rambutku. “Sluuurpp… Hhhmmmm… Sluuuuurpp…” dipuji seperti itu membuat aku semakin bersemangat menghisap penis milik Ayah. “Uuuuhh… Enaaak bangeeeet Teeh… Te-teruus gituiiiin… Iyaaaah… Mmmmm…” Ayah mengerang sambil memegangi kepalaku. Sambil terus mengulum penis Ayah, tanganku juga ikut mengocok batangnya ataupun memijat buah zakarnya. Kurang lebih 15 menit penis Ayah berada di dalam mulutku, akhirnya beliau tidak dapat menahan untuk segera mengeluarkan spermanya. Tanpa sadar Ayahku menggerakkan pinggulnya lebih cepat sehingga membuatku kelabakan. “Ayaaah pengeeeen keluaaaar Teeeeh…!! Aaaaaaah… Teruuuus…!!” teriak Ayah dengan nafas memburu karena sudah ingin mencapai orgasme. ‘Creeeeett… Creeeeeettt… Creeeeeeettt…’ tidak lama kemudian keluarlah sperma Ayah dengan sangat deras ke dalam mulutku. “Teeeeeh…!! Teteeeeeeeh…!!! Aaaaaaah…!!!” Ayah berteriak-teriak tidak terkendali seperti orang kesetanan. Sungguh hangat rasanya ketika sperma Ayah menyirami mulut dan tenggorokanku dengan derasnya. Walaupun jumlah sperma milik Ayah sangat banyak serta beraroma tidak sedap, dengan menahan mual aku tetap berusaha menelannya hingga tidak tersisa sedikitpun. Memang melakukan oral seks sudah seperti bakat terpendamku, sehingga pasanganku pasti sangat menikmatinya. Adik laki-lakiku adalah salah satu orang yang sangat ketagihan dengan hisapanku. Penis Ayah semakin menyusut di dalam mulutku ketika semburan spermanya sudah mulai terasa melemah hingga akhirnya berhenti sama sekali. Namun sepertinya Ayah masih belum terlihat puas karena nampak dari penisnya yang masih tegang. Ayah hanya menarik penisnya dari mulutku lalu duduk.



Aku memanfaatkan waktu ini untuk beristirahat sebentar karena beliau sendiri katanya butuh waktu beberapa menit untuk mengumpulkan spermanya. Aku dan Ayah menghimpun kembali tenaga yang cukup terkuras. Baru beristirahat sebentar nafsu Ayah sudah sudah bangkit lagi “Teh lanjutin lagi yuk…” pinta beliau. Ayah lalu memintaku untuk naik ke atas wajahnya sehingga kini kami berada dalam posisi saling menjilati kemaluan pasangan masing-masing. Tanpa perlu diperintah lagi, aku membungkukkan tubuhku dan meraih penis milik Ayah lalu kukocok perlahan sambil menjilatinya. Kugerakkan lidahku menelusuri batang penis Ayah sekaligus buah zakarnya. Jilatanku lalu naik lagi ke ujungnya dimana aku mulai membuka mulut siap untuk menelannya lagi. Tinggi badanku dengan Ayah yang tidak berbeda jauh, membuat kami nyaman berada dalam posisi ini. Untuk beberapa saat hanya suara desah nafas dan jilatan saja yang terdengar di dalam ruangan ini. “Enak ya Teh? Sluuuurp… Mmmmmh…” tanyanya sambil terus menjilat-jilat vaginaku. “Iyaaaah… Enaaaaak bangeeeet Yaaah…!! Oooooh…” berulangkali aku melenguh dan mendesah dibuatnya. Terus terang gaya ini jelas jauh lebih nikmat dari sebelumnya karena aku juga dapat ikut merasakan di oral oleh Ayah. Sementara aku merasakan jari Ayah menggantikan tugas lidahnya untuk bermain di vaginaku. Jari tersebut kemudian membuat gerakan memutar di dalam liang vaginaku. Tidak sampai di situ saja, jari Ayah tadi dimasukkannya lebih dalam ke vaginaku sedangkan jari-jarinya yang lain mengelus-elus klitorisku. Dan satu hal yang membuatku semakin melayang adalah saat lidah Ayah juga turut menjilati vaginaku. Sungguh suatu sensasi yang hebat sampai pinggulku turut bergoyang menikmatinya dan sekaligus semakin membuatku bersemangat mengulum penis milik Ayah. “Yaaah…! Teteeh udaah nggaaak tahaaan…!” kataku sambil berhenti mengulum penis Ayah. “Sluurp… Sabaaar Teeeh… Tahaaan duluuu…! Kitaa keluaaar barengaaan…!!” ucap Ayah yang tetap menjilati vaginaku. “Akkkhhhhh… Teteeeeh keluar…!!” karena sudah tidak kuat lagi akhirnya vaginaku kembali mengeluarkan cairan. Akibat merasa sangat lelah karena sudah mencapai orgasme dua kali, kali ini aku yang merobohkan tubuh di sebelah Ayah. Sementara Ayah yang mungkin masih merasa tanggung karena belum mencapai klimaks lagi mulai berdiri di depanku. Matanya dengan tajam memandang ke arah kemaluanku. Aku juga dapat mendengar nafas Ayah demikian memburu karena birahi beliau yang belum terlampiaskan seluruhnya. “Yah nanti dulu… Teteh masih capek nih…” pintaku karena sudah mengerti dengan apa yang diinginkan oleh Ayah saat ini. Ayah yang seakan tidak memperdulikan kondisiku, mengambil posisi tepat di atas tubuhku sambil mencium bibirku dengan ganas. Kemudian Ayah mengarahkan penisnya yang masih berlumuran air liur ke liang vaginaku. Aku sungguh tegang ketika melihat penis Ayah menempel di vaginaku dan mencoba untuk masuk. Walaupun aku memang sudah tidak perawan lagi, namun penis Ayah terlihat kesulitan menjebol vaginaku yang masih sempit. “Aaaaaaah… Ayaaaaaaah…!!” aku merintih ketika kepala penis milik Ayah menggesek-gesek klitorisku. Supaya lebih memudahkan aksi Ayah, aku pun mulai membuka kedua pahaku lebar-lebar. Melihat reaksiku, Ayah semakin berusaha menekan penis beliau ke dalam vaginaku. Perlahan namun pasti penis tersebut mulai dapat masuk menembus selaput dinding vaginaku walau baru setengahnya saja. Dengan tidak mengenal kata menyerah, Ayah terus mendorong penisnya hingga benda yang kira-kira berukuran 18 cm itu mulai tenggelam di dalam lubang vaginaku. “Aaaaaahh… Ayaaaaahhh…!!!! Aaaaaaaaahhhh…” aku memekik panjang ketika dengan tiba-tiba Ayah menghujamkan penisnya dengan kuat. “Yaaah…!! Aaaaaah… Pelaaan-pelaaaaan…!! Oooohh… Aaaaaah…” teriakku merasa kesakitan ketika penis Ayah mulai keluar masuk vaginaku tanpa kendali. Ternyata Ayah sama sekali tidak menghiraukan jeritanku agar beliau menyutubuhiku dengan sedikit lembut. Seakan sudah lupa daratan, Ayah malah semakin buas bermain di kemaluanku. Aku hanya dapat memejamkan mata serta menggigit pelan bibirku untuk menahan rasa sakit yang timbul dari dalam vaginaku. Lambat laun rasa sakit yang kurasakan mulai hilang dan berganti dengan nikmat yang luar biasa. “Ayaaahh…!! Aaaaaahhh… Teruuus Yaaaah…!! Enaaaaak… Aaaaaah…” desahku yang mulai dapat beradaptasi dengan permainan kasar Ayah. Aku sungguh tidak kuasa untuk menahan rintihan setiap kali Ayah menggerakkan pantatnya ke arah vaginaku. Gesekan demi gesekan penis Ayah pada dinding dalam liang senggamaku sungguh membuatku terangsang. Pinggulku juga ikut menggeliat-geliat menikmati tusukan-tusukan dari penis Ayah. Dapat aku lihat bagaimana batang penis tersebut keluar masuk vaginaku. Bahkan aku selalu menahan nafas ketika penis milik Ayah masuk ke dalam kemaluanku yang hampir tidak dapat menampung ukurannya yang besar itu. “Oooohh… Enaaaaak bangeeet Teeeeh…!! Aaaaah… Aaaaaah…” kata Ayah di sela-sela persetubuhan kami. “Teteeh jugaa ngerasaaa enaaaak Yaah…! Teruuus Yaaah…!! Nikmatiiin Teteeeeh semaaauu Ayaaah…!” aku berteriak sangat kencang tanpa memikirkan kalau suaraku bisa saja terdengar oleh orang lain. Ayah kemudian menempelkan kedua tangannya di dadaku lalu meremas-remas payudaraku. Aku dapat merasakan putingku semakin mengeras. Sodokan penis Ayah yang liar ditambah dengan remasan pada kedua payudaraku tentu saja membuatku semakin menjerit-jerit. “Aaaaah… Aaaaahhh… Teruuuuus Yaaah…!! Puasiiin Teteeeh… Aaaahhh…” jeritku seiring dengan irama persetubuhan kami. Kuakui Ayah sangat berpengalaman dalam hal ini walaupun memang tidak banyak variasi yang dilakukan oleh beliau. Makanya aku juga tidak heran kalau sekarang kedua orang tuaku sudah memiliki 4 orang anak. Namun akhirnya kali ini aku juga dapat merasakan kenikmatan seperti yang pernah dialami oleh Ibuku. “Ayaaaaaah…! Ooooohh… Teteeeeh keluaaaaaar…!!” aku melenguh kencang melepaskan segala perasaan nikmat yang kurasa. Tidak lama kemudian aku dapat merasakan cukup banyak cairan vaginaku mengalir keluar dengan cepat. Vaginaku yang sudah basah berulangkali diterobos oleh penis Ayah. Tidak jarang payudaraku diremas-remas dan putingku dihisap. Mungkin karena sudah merasa bosan dengan posisi ini, Ayah lalu membalikkan tubuhku hingga sekarang aku bertumpu dengan kedua lututku. Aku yang masih lemas hanya dapat mengikuti saja kemauan Ayahku. Dari arah belakang Ayah kembali menusuk vaginaku. Tentu saja posisi seperti ini membuat sodokan Ayah terasa semakin dalam dan nikmat. Dengan penis yang masih menusuk di dalam vaginaku, Ayah mencium lembut leherku. Ayah membuatku semakin terangsang dengan memegang-megang kedua payudaraku. “Ooooohh… Ssssshhh… Aaaaaaaahh…” aku mendesah-desah meresapi permainan ini. Permainan Ayah membuatku semakin terhanyut karena beliau memulai sodokannya dengan genjotan-genjotan pelan, namun lama-kelamaan terasa kencang dan kasar sampai tubuhku berguncang dengan hebatnya. Gesekan penis Ayah dengan dinding vaginaku seperti menimbulkan getaran-getaran listrik yang membuat birahiku kembali bangkit. Aku ikut menggoyangkan pantatku sehingga terdengar suara badan kami beradu. “Teruuus Teh…!! Iyaaaa… Goyangiiin pantaaat kamuuu…!” kata Ayah sambil mempercepat dorongan penisnya. Suara tempat tidur yang ikut bergoyang bercampur dengan erangan kami berdua. Tidak lama kemudian aku kembali orgasme! Aku merasa lelah sekali karena selain baru saja mencapai orgasme untuk yang keempat kalinya, tubuhku pun mengeluarkan banyak sekali keringat. Lututku seketika lemas sehingga kini aku berada dalam posisi tengkurap di ranjang. Posisi tersebut membuat Ayah semakin beringas. Aku memberikan ruang dengan mengangkat pantatku sedikit ke atas. Ayah semakin kuat menekan penisnya hingga tubuhku semakin terhentak-hentak tidak karuan. Sementara itu, dapat kurasakan penis Ayah mulai berdenyut-denyut kencang tanda beliau sudah akan mencapai orgasme. Benar seperti dugaanku, beberapa saat kemudian Ayah mengerang “Ooohh… Ayaah udaah mauuu keluaaar Teeeh…!!” “Jangaaaan keluaariin di daleeem Yaaah…!! Mmmmhh… Aaaaahh !” jawabku karena takut hamil oleh Ayahku sendiri. Namun tidak seperti perkiraanku bahwa Ayah akan mengeluarkan spermanya di dalam vaginaku, dengan terburu-buru beliau justru mencabut penisnya. Kemudian sambil membalikkan tubuhku, Ayah mengocok-ngocok penisnya sendiri hingga spermanya keluar dengan deras sampai membasahi bagian perut dan dadaku. Sungguh pemandangan yang aneh melihat seorang Ayah mengocok-ngocok penisnya di depan anaknya sendiri. Ayah lalu menyuruhku membersihkan sisa sperma pada penisnya. Dengan senang hati aku menjilati penis tersebut sampai bersih. Setelah itu Ayah menjatuhkan tubuhnya di sebelah kananku. Harus kuakui sungguh hebat untuk pria seusia Ayah masih memiliki stamina yang cukup kuat dan dapat membuatku orgasme hingga berkali-kali. “Heeeh… Heeeeh… Te-teteh ja-jangan bilang siapa-siapa yah…” kata Ayah dengan nafas yang tersengal-sengal. “Pasti dong Yah…!” jawabku yakin karena aku juga tidak ingin hal ini sampai diketahui oleh orang lain, terutama Ibu. Di saat sedang mengistirahatkan tubuh kami yang lelah dan penuh keringat, sempat terlintas di pikiranku kalau beliau tidaklah seperti orang-orang yang pernah menikmati tubuhku sebelumnya. Saat orang-orang tersebut, termasuk juga adik laki-lakiku, ingin sekali memuntahkan sperma mereka di dalam vaginaku, Ayah justru lebih memilih untuk mengeluarkannya di dalam mulutku. Mungkin Ayah masih memakai akal sehatnya karena takut apabila nanti beliau akan memiliki cucu yang berasal dari spermanya sendiri. Sejak hari itu pula, baik di waktu siang maupun malam hari, aku dan Ayah selalu mencari kepuasan bersama saat di dalam rumah hanya ada kami berdua atau ketika keluargaku yang lain sedang terlelap




Continue Reading »