Jakarta, Beberapa orang mungkin pernah mengalami kencing dengan warna urine coklat seperti darah. Sebaiknya segera diperiksa karena darah dalam urine (hematuria) bisa menjadi tanda adanya gangguan di dalam tubuh.
Hematuria berarti ada darah dalam urine seseorang. Jika kondisi ini bisa terlihat dengan menggunakan mata maka disebut dengan makroskopik hematuria, sedangkan jika harus melalui mikroskop disebut dengan mikroskopik hematuria. Hematuria terjadi jika terdapat lebih dari 5 sel darah merah/lapang pandangan.
Darah yang terdapat dalam urine ini kemungkinan berkaitan dengan masalah di organ-organ yang berhubungan seperti ginjal, ureter (tabung yang mengangkut urin dari ginjal ke kandung kemih), kandung kemih, prostat dan uretra (tabung yang mengangkut urin keluar dari kandung kemih).
"Penyebab hematuria bisa akibat penyakit glomerular (penyakit ginjal akibat peradangan di glomerulus) atau penyakit non-glomerular. Namun banyak juga kasus hematuria yang tidak diketahui penyebabnya, hal ini menarik perhatian urolog ataupun dokter umum," ujar dr Ponco Birowo, SpU, PhD dalam acara KPPIK (Kursus Penyegar dan Penambah Ilmu Kedokteran) FKUI di Hotel Borobudur, Jakarta, Sabtu (20/3/2010).
dr Ponco menuturkan masalah non-glomerular bisa diakibatkan olahraga, kontaminasi saat menstruasi dan hubungan seksual. Berdasarkan etiologi hematuria dapat muncul karena adanya trauma, batu, hyperplasia prostate, infeksi atau akibat mengonsumsi obat-obatan tertentu seperti aminoglikosida, anticonvulsants, siklophospamida, quinine dan obat lainnya.
"Faktor risiko untuk hematuria adalah orang berusia 40 tahun atau lebih, merokok, pekerjaannya sering membuat ia terpapar bahan kimia, mengonsumsi obat tertentu atau pernah melakukan iradiasi tulang panggul," ungkap dokter yang mendalami bidang urologi di Jerman.
Sementara dr Fordaoessaleh, SpB, SpU(K) mengungkapkan hematuria itu ada 3 tipe yaitu:
1. Initial hematuria, jika darah yang keluar saat awal kencing.
2. Terminal hematuria, jika darah yang keluar saat akhir kencing. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh adanya tekanan pada akhir kencing yang membuat pembuluh darah kecil melebar.
3. Total hematuria, jika darah keluar dari awal hingga akhir kencing. Hal ini kemungkinan akibat darah sudah berkumpul dari salah satu organ seperti ureter atau ginjal.
"Keluhan memegang peranan penting untuk menentukan ke arah mana pemeriksaan selanjutnya, seperti kapan terjadi hematuria, bagaimana nyerinya dan daerah mana yang terasa nyeri apakah di pinggang, perut bawah atau perut bagian tengah," ungkap dokter dari departemen urologi FKUI/RSCM.
Untuk mendiagnosis hematuria biasanya dilakukan tes urin dengan menggunakan dipstick, jika hasilnya positif terdapat darah maka dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan mikroskop, lalu dilanjutkan dengan pemeriksaan cytology urine dan pemeriksaan fisik.
Jika dalam analisis urine ditemui adanya protein, nitrit atau leukosit, maka kemungkinan terjadi infeksi pada saluran urine (urine tract infection/UTI) yang bisa disebabkan oleh bakteri ataupun virus.
"Apabila penyebabnya tidak diketahui juga, maka harus terus di-follow up selama 6-36 bulan dengan pemeriksaan setiap 6-12 bulan sekali. Dan perawatan yang diberikan tergantung dari penyebabnya sehingga tidak ada pengobatan spesifik untuk hematuria,” ujar dr Ponco.
dr Fordaoessaleh menambahkan hematuria bisa menjadi indikasi adanya gangguan yang serius pada tubuh dan biasanya terjadi tanpa adanya gejala yang muncul sehingga sering diabaikan. Selain itu, mengonsumsi air putih yang banyak sehingga warna urinenya lebih jernih tidak bisa menyembuhkan hematuria.
(ver/ir)
Sumber: http://health.detik.com
Hematuria berarti ada darah dalam urine seseorang. Jika kondisi ini bisa terlihat dengan menggunakan mata maka disebut dengan makroskopik hematuria, sedangkan jika harus melalui mikroskop disebut dengan mikroskopik hematuria. Hematuria terjadi jika terdapat lebih dari 5 sel darah merah/lapang pandangan.
Darah yang terdapat dalam urine ini kemungkinan berkaitan dengan masalah di organ-organ yang berhubungan seperti ginjal, ureter (tabung yang mengangkut urin dari ginjal ke kandung kemih), kandung kemih, prostat dan uretra (tabung yang mengangkut urin keluar dari kandung kemih).
"Penyebab hematuria bisa akibat penyakit glomerular (penyakit ginjal akibat peradangan di glomerulus) atau penyakit non-glomerular. Namun banyak juga kasus hematuria yang tidak diketahui penyebabnya, hal ini menarik perhatian urolog ataupun dokter umum," ujar dr Ponco Birowo, SpU, PhD dalam acara KPPIK (Kursus Penyegar dan Penambah Ilmu Kedokteran) FKUI di Hotel Borobudur, Jakarta, Sabtu (20/3/2010).
dr Ponco menuturkan masalah non-glomerular bisa diakibatkan olahraga, kontaminasi saat menstruasi dan hubungan seksual. Berdasarkan etiologi hematuria dapat muncul karena adanya trauma, batu, hyperplasia prostate, infeksi atau akibat mengonsumsi obat-obatan tertentu seperti aminoglikosida, anticonvulsants, siklophospamida, quinine dan obat lainnya.
"Faktor risiko untuk hematuria adalah orang berusia 40 tahun atau lebih, merokok, pekerjaannya sering membuat ia terpapar bahan kimia, mengonsumsi obat tertentu atau pernah melakukan iradiasi tulang panggul," ungkap dokter yang mendalami bidang urologi di Jerman.
Sementara dr Fordaoessaleh, SpB, SpU(K) mengungkapkan hematuria itu ada 3 tipe yaitu:
1. Initial hematuria, jika darah yang keluar saat awal kencing.
2. Terminal hematuria, jika darah yang keluar saat akhir kencing. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh adanya tekanan pada akhir kencing yang membuat pembuluh darah kecil melebar.
3. Total hematuria, jika darah keluar dari awal hingga akhir kencing. Hal ini kemungkinan akibat darah sudah berkumpul dari salah satu organ seperti ureter atau ginjal.
"Keluhan memegang peranan penting untuk menentukan ke arah mana pemeriksaan selanjutnya, seperti kapan terjadi hematuria, bagaimana nyerinya dan daerah mana yang terasa nyeri apakah di pinggang, perut bawah atau perut bagian tengah," ungkap dokter dari departemen urologi FKUI/RSCM.
Untuk mendiagnosis hematuria biasanya dilakukan tes urin dengan menggunakan dipstick, jika hasilnya positif terdapat darah maka dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan mikroskop, lalu dilanjutkan dengan pemeriksaan cytology urine dan pemeriksaan fisik.
Jika dalam analisis urine ditemui adanya protein, nitrit atau leukosit, maka kemungkinan terjadi infeksi pada saluran urine (urine tract infection/UTI) yang bisa disebabkan oleh bakteri ataupun virus.
"Apabila penyebabnya tidak diketahui juga, maka harus terus di-follow up selama 6-36 bulan dengan pemeriksaan setiap 6-12 bulan sekali. Dan perawatan yang diberikan tergantung dari penyebabnya sehingga tidak ada pengobatan spesifik untuk hematuria,” ujar dr Ponco.
dr Fordaoessaleh menambahkan hematuria bisa menjadi indikasi adanya gangguan yang serius pada tubuh dan biasanya terjadi tanpa adanya gejala yang muncul sehingga sering diabaikan. Selain itu, mengonsumsi air putih yang banyak sehingga warna urinenya lebih jernih tidak bisa menyembuhkan hematuria.
(ver/ir)
Sumber: http://health.detik.com
No comments:
Post a Comment