Welcome to My Blog

Tukang Kredit Nakal - Bagian Kedua ( Zone Cewek )

Saturday, 12 March 2016

Cerita Dewasa



Baca bagian pertama

Zone Dewasa


Kucium bibirnya dengan rakus dan kukait-kaitkan lidahku dengan lidahnya, seperti mengajak berdansa dalam birahi. 

”Uuuumh… Eeeeehhhhmm… UUUUHHMM…” erangnya tertahan saat aku secara tiba-tiba memasukkan kontolku dengan cepat ke dalam memeknya. 

Kugenjot tubuh sintalnya sambil memilin putingnya yang berwarna merah kecoklatan. 

”Aku mau keluar, Rian…!!” erang mbak Dewi sambil melingkarkan kakinya yang mulus ke pinggangku. 

”Sebentar,mbak. Aku juga mau keluar…” sambil kupercepat kocokanku ke memeknya. 

Selang beberapa menit kemudian,  ”AAAAKKKHH… AAAAKKKH…” CREEET…! CCRREEET…! CCREEEET…! kami berdua mencapai puncak bersama-sama. 

Setelah beristirahat, kulihat mbak Dewi berjalan ke arah lemari dan kembali sambil membawa uang.

”Lho kok bayar cicilan sih, mbak, kan taruhannya batal?” 

”Gak pa-pa, sekalian sebagai ungkapan rasa terima kasih karena lo dah muasin gue.” ujarnya sambil memberikan uang kepadaku.

Wah, enak juga, sudah dapat uang, dapat ngentot gratis pula, hehehe… 

”Oh iya, mbak, kata orang-orang, bu Selvi itu sering ngentot sama mang Kosim yah?” tanyaku. 

”Ho-oh, aku pernah lihat mang Kosim masuk ke rumahnya mbak Selvi, terus keluarnya kayak loyo gitu.” terang mbak Dewi. 

Hmm, bisa gue manfaatin juga nih, hehehehe… (pikiran setan jalan) 

“Aaakkh… Iiikkkh…” hanya suara itu saja yang terdengar dari dalam rumah sederhana dan juga merangkap warung kopi. 

Di dalamnya terlihat seorang perempuan sedang digarap oleh dua orang laki-laki. Dua orang itu tak lain adalah aku sang tukang kredit idaman ibu-ibu se-indonesia, Rian, hehehehe… Sedangkan laki-laki yang lain adalah seorang tukang becak yang biasa mangkal di warung tersebut bernama mang Kosim, orangnya tua sekitar 50 tahunan. Tubuhnya kurus kering, hitam pula, hahaha… Bagaimana bisa seperti ini? Mari kita mundur beberapa hari yang lalu. 

Saat itu aku sedang keliling menagih kreditan macet. Tanpa sengaja aku melihat mang Kosim berjalan terburu-buru ke dalam sebuah rumah kosong di belakang kebun pisang yang biasa dipake buat main sama anak-anak sekitar situ.
Karena agak mencurigakan, aku pun mengikutinya secara diam-diam. Saat mendekat rumah tersebut, aku mendengar suara yang sangat kukenal. 


”Aaakkkh… Uuukkh… Ma-mang… Pelan-pelan donk…”  Saat kuintip lewat jendela, kulihat mang Kosim sedang menyusu pada seorang wanita dengan rakusnya.

Payudara wanita itu yang bulat dan segede melon disedotnya dengan rakus. Kulihat perempuan tersebut adalah bu Selvi, seorang janda kembang di desa tersebut. Sambil menyusu, mang Kosim juga mulai membuka baju bu Selvi. Mungkin karena terbiasa, maka dalam sekejap saja baju bu Selvi sudah hilang, sekaligus celana dan celana dalamnya.

Begitu selesai membuka baju bu Selvi, mang Kosim pun langsung merebahkan tubuh montok bu Selvi di atas kasur kumal yang ada disana. Tanpa memberi kesempatan wanita itu untuk bernapas, mang Kosim langsung membenamkan kepalanya ke selangkangan bu Selvi dan dengan rakusnya dia menjilati lubang memek wanita cantik itu. Diserang begitu gencar membuat bu Selvi kelabakan. 

”Aaaakkk… Yaah… Terus… Terus… Jilat terus…” erang bu Selvi di tengah serbuan lidah mang Kosim di selangkangannya.





lima menit kemudian, tiba-tiba tubuh bu Selvi menegang dan mulutnya mendesis seperti orang kepedasan. Rupanya dia telah orgasme hanya dengan tehnik lidah dari mang Kosim.
Setelah beristirahat sejenak, mang Kosim pun mulai membuka seluruh pakaian yang dikenakannya. Saat membuka kolornya, aku sempat terkejut melihat ukuran batang kontolnya. 

”Wah, nih aki-aki udah tua, tapi kontolnya gede juga.” batinku. 

Dengan kasar mang Kosim membuka paha bu Selvi, sedangkan bu Selvi hanya diam sambil menunggu saat-saat pencoblosan. Dengan perlahan mang Kosim mulai menerobos lubang memek bu Selvi. Perlahan kontol laki-laki itu mulai masuk. 

”Aaaaakkkhh… Mang… B-besar banget…” bu Selvi mendesah dengan nikmat saat kontol mang Kosim mulai menjejali memeknya.

Dengan penuh nafsu, mang Kosim mulai memaju mundurkan kontolnya dengan tempo sedang. 
Saat sedang enak-enaknya mengintip, aku dikagetkan dengan tepukan di punggungku.

”Hayo, lagi ngapain, Rian?” tanya si seksi yang tiba-tiba menepuk punggungku.

Hampir saja aku teriak gara-gara kaget. 

”Sst, jangan berisik, mbak. Lagi ada tontonan seru nih.” sergahku pada mahluk seksi yang tak lain adalah mbak Dewi, salah satu korbanku, hehehe… 

Dengan penasaran dia ikut melongok ke dalam rumah kosong. Saat itu mang Kosim sudah berbaring di kasur dan bu Selvi tengah menaiki tubuh cekingnya dengan liar sampai susunya yang besar itu memantul-mantul bagaikan bola bekel.
Melihat hal itu, tangan mang Kosim pun mulai meremasnya dengan gemas. 

”Aaaakkhh… Jangan keras-keras, Mang…” erang bu Selvi karena merasa ngilu di susunya karena diremas dengan ganas oleh mang Kosim. 

Mendengar hal itu, mang Kosim bukannya menghentikan aksinya, tapi malah memilin-milin puting bu Selvi sehingga si empunya semakin mengerang keenakan sambil mempercepat goyangannya.
Tak sampai sepuluh menit, tubuh bu Selvi menegang dan teriakan khas wanita yang mendapat kepuasan pun keluar dari bibirnya yang seksi.
Tanpa memberi waktu istirahat, mang Kosim langsung berguling dan menindih bu Selvi sebentar tapi lalu dilepaskan dan menyuruh bu Selvi nungging. Tanpa menunggu lagi, dia langsung melesakan kontolnya ke dalam memek bu Selvi sambil memompanya dengan liar. Tak lupa dia menampar-nampar bokong putih bu Selvi sampai terdapat bekas kemerahan disana. 
Melihat adegan panas yang ada di rumah kosong tersebut, tanpa disadari, mbak Dewi mulai terangsang. Itu terlihat dari nafasnya yang mulai tak teratur dan pahanya dia gesek-gesekkan.
Melihat hal itu, timbul ide jahilku. Kulirik lehernya yang jenjang, aku tergoda untuk menciumnya dengan lembut.
Mendapat serangan kejutan itu, mbak Dewi mulai gelisah dalam melihat adegan hot di dalam antara mang Kosim dan bu Selvi. Dia diam saja, tapi nafasnya mulai tersengal-sengal. Dengan jahil aku mulai memasukkan tanganku ke dalam kaosnya dan memijat susunya dengan lembut, tapi kuhindari putingnya. Lama-kelamaan nafasnya mulai memburu dan dari bibirnya mulai terdengar lenguhan lembut. 

”Ssssshhhh… Eeeehhhmm… Sssshh…” 

Dengan tiba-tiba kupelintir putingnya hingga,  ”Aaaaakkkhhh…” dia menjerit.

Aku pun kaget dan segera melepaskan tanganku sambil melihat kegiatan mang Kosim di dalam rumah karena takut ketahuan. 
Kulihat mang Kosim masih sibuk menggenjot tubuh mulus bu Selvi, tapi sekarang dalam posisi menyamping. Mbak Dewi terlihat marah, tapi sebelum dia membuka mulutnya, aku sudah menciumnya dengan ganas. Awalnya dia menolak, tapi akhirnya dia membiarkan saja aksiku itu. 
Sambil berciuman, tanganku mulai bergerilya ke dalam kaosnya dan memijat susunya dengan lembut. Tangan mbak Dewi pun tak mau kalah, dia mulai membelai kontolku yang ada di balik celana dan membuka resletingku hingga,  ”TOOIIING…!!!” menyembullah dengan gagahnya kontolku yang telah memberikannya kenikmatan dunia beberapa hari yang lalu. 
Mbak Dewi segera duduk bersimpuh dan mulai menjilati kontolku dengan liar bagaikan menjilat permen. 

”Ssssshhh… Mbak…” erangku karena merasakan nikmatnya bibir seksinya. 

Saat terasa aku mau keluar, aku pun melepaskan kontolku dari mulutnya dan langsung membalikkan posisi mbak Dewi menghadap tembok dan menurunkan celana sekaligus CD-nya hingga terpampang lah di hadapanku paha dan memek mbak Dewi yang siap memberiku kenikmatan dunia.
Tanpa menunggu lama, kuposisikan kontolku di belahan memek mbak Dewi dan kudorong perlahan-lahan hingga amblas seluruhnya dan segera kugenjot dengan cepat karena dari tadi aku sudah terangsang dengan permainan mang Kosim dan bu Selvi. 

Omong-omong, mereka sudah selesai belum yah? Kulihat di dalam rumah, bu Selvi  sudah terkapar di atas kasur tua dengan mang Kosim masih memompanya dengan penuh  semangat. Tak mau kalah, aku pun mulai memompa tubuh mbak Dewi dengan liar juga. 
Mbak Dewi hanya bisa bergumam saja karena takut ketahuan mang Kosim dan bu  Selvi.  Saat aku sedang enak-enaknya memacu kontolku di memek mbak Dewi, aku dikagetkan  dengan suara deheman yang keras dari belakangku. Saat kulihat, aku terkejut  bukan main. 

”Ma-maaf…” hanya kata itu yang keluar dari seorang yang memergokiku sedang  menggenjot mbak Dewi dari belakang.





Orang itu tak lain dan tak bukan adalah Nadya, salah seorang anak kost yang  ngekost di rumah bu Selvi.


No comments:

Post a Comment