Baca bagian ketiga
Zone Dewasa
”Mas… Mas… Mas…” hanya kata itu yang terdengar saat aku mulai sadar dari pingsanku.
Kulihat sekelilingku, aku melihat banyak orang dan ada Nadya yang menungguku di sisiku sambil memegangi tanganku. Saat aku mencoba untuk bangun, aku merasakan sakit yang teramat sangat di belakang kepalaku sehingga membuatku kembali tertidur di atas kursi milik salah satu warga sekitar tempat perkelahianku dengan Tono. Aku yang masih kebingungan bertanya pada Nadya apa yang terjadi? Dia menjelaskan bahwa selama pertarungan sengitku dengan Tono, dia berhasil kabur dan meminta bantuan warga sekitar. Saat mereka menemukanku, aku sudah dalam keadaan tak sadarkan diri di tengah sawah sehingga dibawa ke salah satu rumah warga.
Semenjak saat itu, hubunganku dengan Nadya semakin dekat. Tiap hari aku selalu mengantar dan menjemputnya pulang sekolah, takut terjadi apa-apa lagi, padahal aku sudah tak tahan untuk meremas toketnya. Gimana mau tahan, setiap gue bonceng, pasti Nadya memeluk erat gue dari belakang. Terasa banget dah tuh toket, mana tangannya nakal lagi, suka nyenggol-nyenggol kontol gue. Ugh, pokoknya kalau udah gak tahan, gue pasti nyari bu Selvi, terus gue genjot habis-habisan tuh janda kembang sampai klenger. Tapi sudah beberapa minggu ini gue gak nggenjot bu Selvi karena gue mau konsentrasi dulu ke calon korban baru gue, si Nadya. Suatu hari, seperti biasa gue jemput dia pulang sekolah.
”Nad, si Tono sudah gak gangguin lo lagi kan?” aku membuka pertanyaan.
”Sudah gak masuk lagi, mas, sejak kejadian dulu. Katanya sekarang dia jadi buronan polisi gara-gara narkoba.” jawabnya sambil tangannya melingkar di pinggulku.
”Nad, lo gak ngomong sama siapa-siapa kan masalah gue sama mbak Dewi?” tanyaku memancing reaksinya.
”Gak kok, mas.” jawabnya singkat sambil kulihat dari kaca spionku mukanya sedikit memerah.
”Emang enak ya, mas, rasanya gituan?” tanyanya memancing reaksiku.
”Wah, nih anak, belum gue rayu sudah nanya duluan. Kesempatan nih.” otak encerku mulai berjalan menyusun rencana untuk menikmati tubuh mudanya.
”Enak banget, Nad. Emang lo belum pernah ML ya?” balasku.
”Enakan mana sama main sendiri, mas?” balasnya menghindari pertanyaanku.
”Ya enakan berdua lah. Enaknya bisa 100x lipat, Nad.” balasku menyebar jebakan.
Nadya hanya diam saja selama perjalanan pulang. Saat sampai di kost-kostannya, seperti biasa aku langsung memutar motorku sambil pamit pada Nadya. Tapi kali ini beda, saat aku mau pamit, Nadya menahanku.
”Mas, tolongin aku yah, komputerku rada rusak. Kalo bisa dibetulin donk.” Katanya.
Melihat ada kesempatan, aku pun langsung memarkirkan motorku dan mengikuti Nadya masuk ke dalam kamar kostnya. Di tengah jalan, aku berpapasan dengan bu Selvi. Saat aku menatapnya, aku kerlingkan mataku kepadanya dan dia hanya tersenyum saja. Setelah masuk ke dalam kamar kost Nadya, aku langsung menghidupkan komputer. Nadya pamit ingin ganti baju dulu di kamar mandi. Aku hanya mengangguk tanpa berkata apa-apa.
Setelah komputer nyala, aku mulai mengotak-atiknya. Kelihatannya tidak rusak berat, cuma perlu hapus beberapa aplikasi yang sudah tidak diperlukan saja. Setelah benar, iseng aku pun melihat-lihat file di komputer Nadya. Perhatianku tertuju pada folder video yang agak mencurigakan. Kenapa mencurigakan? Karena setiap buka tuh folder, di dalamnya selalu ada folder lagi, kadang 3 – kadang 4 folder. Dengan sabar aku membuka folder-folder tersebut dan akhirnya dapat juga, hehehe…
Saat kubuka video yang hanya berjudul angka tersebut, aku melihat pemandangan yang mengejutkan. Ternyata itu adalah video Nadya yang sedang masturbasi. Saat sedang enak-enaknya melihat pemandangan tubuh muda Nadya, aku mendengar suara dari belakang, ternyata itu adalah Nadya yang telah selesai ganti baju.
”Ah, mas Rian, jangan dibuka donk, kan malu, mas.” perintahnya sambil mendorongku kesamping.
Aku yang ingin menggodanya pun tak ingin pindah dari tempatku duduk sehingga terjadi pertarungan kecil, dan tanpa diduga, Nadya mendorongku dengan keras. Aku yang tak mau jatuh, secara refleks memegang tangan Nadya sehingga kami berdua jatuh dengan posisi Nadya menindihku dan tanganku yang nakal mendarat tepat di payudaranya yang montok. Entah siapa yang memulai, aku dan Nadya lalu berciuman dengan ganas. Ternyata diam-diam Nadya punya nafsu besar juga.
Setelah 5 menit berciuman, aku berinisiatif mengakhiri ciuman tersebut. Kulihat mata Nadya mulai sayu, nafasnya pun juga sudah memburu. Dengan lembut kugendong dia ke atas tempat tidur. Dia hanya pasrah ketika aku mulai menanggalkan pakaiannya sehingga dia hanya mengenakan bra dan celana dalam warna krem. Aku kagum dengan bentuk tubuhnya, walau umurnya baru 16 tahun tapi tubuhnya bagaikan salah satu model kesukaanku.
”Ah, mas, jangan gitu ah lihatnya, malu aku.” katanya sambil menutupi tubuhnya dengan selimut.
Dengan tak sabaran aku mulai membuka bajuku sampai aku tinggal mengenakan celana dalam saja.
”Ih, apaan tuh, mas, kok berkedut-kedut? Mana gede lagi.” tanya Nadya sambil menunjuk kontolku yang tegang tapi terhalang celana dalamku.
”Dibuka dong, Nad, biar gak penasaran, hehehe…” balasku sambil bersimpuh disampingnya.
Dengan ragu-ragu Nadya mulai membuka celana dalamku dan TOOOOEEENGG! Muncullah kontolku dengan gagahnya, dan tanpa sengaja terkena pipi mulus Nadya.
”Mas, gede banget, anget lagi.” katanya sambil menatap kontolku dengan seksama tanpa berkedip sedikit pun.
”Emang belum pernah lihat, Nad?” tanyaku.
”Belum, mas. Kalo yang asli baru kali ini, biasanya cuma lihat di bokep doank.” katanya sambil memegang dengan hati-hati mainannya yang baru ini.
”Jangan dipegang aja, diemut juga donk.” kataku sambil mendekatkan kontolku ke mukanya.
”Tapi, mas… aku belum pernah ngemut.” protesnya.
”udah, ntar gue ajarin deh.” kataku tak ingin kesempatan emas ini lepas begitu saja.
Dengan perlahan Nadya mulai menciumi kontolku. Pelan dia menjilati ujungnya dengan mesra.
”Uuuhhh… Enak, Nad.” kataku sambil memegangi kepalanya.
Beberapa saat kemudian kurasakan sensasi hangat menyelimuti batang kontolku, ternyata Nadya sudah mengulum kontolku dengan segala usahanya walau belum berpengalaman dan berkali-kali terkena giginya sehingga membuatku terasa ngilu.
”Nad, jangan sampe kena gigi donk, ngilu tahu.” kataku memberi pelajaran pada malaikat muda yang sedang memberikan servisnya padaku.
”Mmmmmhhh… Mmmmhhhh…” kata Nadya tak jelas karena masih mengulum lolipop barunya.
Terasa semakin mahir dia dalam hal oral sex walau baru kuajari. Tak tahan dengan rangsangan yang Nadya berikan, aku memeluk tubuh setengah telanjangnya sambil meremas-remas payudaranya yang kenyal walau masih terhalang bra yang masih dikenakannya. Merasa terganggu dengan bra yang menghalangi telapak tanganku dengan bongkahan daging kenyal dan hangat itu, aku pun mulai membukanya secara perlahan-lahan sehingga menyembullah susu Nadya yang montok dan putingnya yang berwarna pink sedikit kecoklatan. Tanpa menunggu lama, akupun langsung mencicipi rasa susu perawan Nadya.
Aku melakukannya dengan penuh perasaan. Ya, aku tak tahu apa yang terjadi pada diriku, nafsu yang dari tadi berkobar bagaikan api olimpiade seakan tersiram oleh air sejuk dari sumber mata air. Apakah yang kurasakan ini cinta? Aku yang masih mencerna perasaan yang ada di pikiranku ini, terkejut saat pintu kamar kost Nadya terbuka lebar. Begitu juga dengan Nadya. Dari pintu tersebut, muncullah sebuah sosok yang mengagetkan kami berdua. Orang yang membuka pintu kamar kost Nadya adalah bu Selvi.
Aku sih sudah tahu kalau bu Selvi pasti mengintipku karena sudah hampir 2 minggu ini mang Kosim pulang kampung gara-gara istrinya meninggal dunia, sehingga otomatis selama itu pula bu Selvi tidak dapat jatah dari mang Kosim. Sedangkan aku saat itu tengah sibuk mendekati Nadya. Yang membuatku kaget setengah mati adalah orang di belakang bu Selvi, dia adalah mbak Sari, salah satu penghuni kost bu Selvi. Sekedar informasi, kost-kostan bu Selvi ini punya 6 kamar, itu belum termasuk kamar bu Selvi. 2 kamar kosong, yang 1 buat kost, yang 1 buat pembantu tapi belum ada yang menempati.
Mbak Sari ini adalah manager HRD salah satu perusahaan kertas yang ada di kotaku. Walau umurnya sudah mencapai kepala 3, orangnya tetep modis, selalu mengikuti tren. Wajahnya khas orang keturunan, bodinya seperti Olga Lidya, rambutnya dipotong pendek sehingga kelihatan fresh. ”Sorry, Rian. Si Sari nih, orang lagi enak-enak lihat tontonan gratis, eh malah ikut-ikutan sambil dorongin aku.” jelas bu Selvi sambil menunjuk mbak Sari, sedangkan yang ditunjuk malah tidak menggubris perkataan Bu Selvi. Dia malah asyik melihat batang kontolku yang sudah siap tempur tanpa berkedip sedetik pun.
Saat kutatap matanya yang masih melihat barang pusakaku, wajahnya langsung memerah sambil berusaha mengalihkan pandangannya walau masih mencuri-curi pandang pada selangkanganku.
”Enak aja, kan aku juga penasaran lihat Mbak Selvi ngintip kamar si Nadya sampai nungging gitu, ya aku ikut aja. Eh, gak tahunya si Nadya dapat servis dari cowok cakep.” godanya sambil matanya melirikku.
Kulihat Nadya masih malu, dia menutup tubuhnya dengan selimut. Aku yang masih bingung plus malu, kaget dengan tindakan bu Selvi, perlahan-lahan dia menutup dan mengunci pintu kamar Nadya.
”Bu, kok ditutup sih?” tanyaku.
”Ayo donk, Rian. Lo tahu kan kalau sudah hampir 2 minggu ini gue belum dapat jatah. Mana mang Kosim pulang kampung lagi, sedangkan lo sibuk ngecengin Nadya. Gue sudah gak kuat, Rian.” kata bu Selvi.
Mendengar kata-kata bu Selvi, mbak Sari agak kaget, tapi dengan cepat dapat memahami semua itu.
”Iya, Rian, gue juga sudah lama gak ngentot, sejak putus sama pacar gue 3 bulan lalu. Kan bisa sekalian ngajarin si Nadya biar bisa muasin lo.” kata Mbak Sari sambil menatap Nadya.
Aku yang bingung pun juga ikut menatap Nadya, seolah-olah meminta ijinnya untuk memuaskan 2 orang perempuan seksi dihadapanku ini. Belum sempat aku dan Nadya mengambil keputusan, bu Selvi sudah menciumi kontolku bagai orang yang kangen dengan pacarnya yang lama tak bertemu.
Aku yang mendapat serangan dadakan hanya bisa merem melek meresapi kenikmatan yang diberikan bu Selvi pada batang kontolku. Tak lama kemudian bu Selvi sudah mengulum seluruh batang kontolku sambil meremas-remas buah zakarku.
”Nah, Nad, kalo mau oral sex, usahain jangan sampe kena gigi lo, ntar pasangan lo jadi ngilu.” kata mbak Sari sambil melepas blazer yang ada di tubuhnya secara perlahan, seakan-akan ingin menunjukkan lekuk tubuhnya yang seksi padaku.
Nadya yang dari tadi diam saja, terlihat memperhatikan bu Selvi yang sedang asik mengulum batang kontolku.
No comments:
Post a Comment