1. Komunikasi.
Kurangnya kesempatan untuk melakukan komunikasi yang intens, dengan kualitas yang baik. Bagi pasangan menikah, penting punya ruang dan emosi untuk bisa saling curhat, mengungkapkan isi hati baik pujian, harapan, kesenangan maupun kekesalan.
Kedua belah pihak perlu punya kesadaran dan niat penuh untuk mendiskusikan persoalan dengan kepala dingin. Tujuan diskusi adalah untuk mencari jalan keluar, bukan sekedar meluapkan emosi.
2. Harapan Tidak Realistis.
Berharap pasangan akan berubah setelah menikah. Hal ini berhubungan dengan pemahaman masing-masing pihak terhadap pasangannya. Seringkali perselisihan terjadi karena mengharapkan perubahan dari pasangan.
Padahal perilaku yang diprotes belum tentu membahayakan fisik maupun mental pasangan. Pasangan suami-istri perlu rela hati menurunkan harapan atas perilaku pasangan yang tidak prinsip.
3. ‘Power’ Dalam Perkawinan.
Ada yang ingin suami pegang kendali, ada yang ingin istri yang mengatur. Padahal ini hanyalah masalah kesepakatan. Terlihat tidak penting, namun nyatanya bisa mengantar pasangan ke pengadilan agama.
4. Konflik Peran.
Dalam perkawinan akan ada pembagian peran, seperti siapa yang mengasuh anak, siapa yang mencari nafkah. Ini bisa jadi sumber pertentangan dan menimbulkan ketidakpuasan antar suami-istri. Terutama karena sekarang banyak istri berkarir.
5. Cinta Meredup.
Ada yang bilang daripada diberi perasaan jatuh cinta, lebih baik diberi kekuatan menjaga cinta. Karena cinta itu perlu dipupuk agar terus menyala. Pasangan yang sudah menikah, berapa tahun pun, perlu tetap membakar cinta, salah satunya dengan mengungkapkan rasa sayang.
Biasanya orang bilang, “Ah sudah nikah, untuk apa aku menunjukkan rasa cinta,” atau bilang, “Ah buat apalah mesra, seperti orang pacaran saja.” Padahal jika satu dua tahun tanpa ekspresi, cinta bisa hambar.
6. Affair (Orang Ketiga).
Adanya orang ketiga membuat sebuah perkawinan sulit dipertahankan. Selain cinta yang membutakan, hal peling penting yang justru membuat perkawinan bubar jalan adalah kepercayaan. Dalam sebuah perkawinan, rasa saling percaya -yang melahirkan rasa aman dan nyaman- adalah tiang utama.
Begitu kepercayaan itu hilang, maka tidak ada lagi faktor penguat. Sehingga, pasangan yang sudah menikah perlu berpikir panjang sebelum bermain api. Alasan “tidak melibatkan perasaan” ketika melakukan affair adalah argumentasi “lima menitan”. Karena arah perasaan seringkali tidak bisa ditebak.
7. Seks.
Ini adalah paling kecil dari alasan retaknya sebuah rumah tangga, Karena seks bisa diabaikan ketika rasa sayang yang dalam masih terpelihara. Rasa sayang itulah yang menahan seseorang untuk menyakiti pasangan dan menggugat talak maupun cerai.
Sumber:www.perempuan.com
No comments:
Post a Comment