Jakarta - Peneliti yang menyelidiki potongan meteorit mendapat hasil mengagetkan. Batu kristal yang mengandung karbon itu ternyata lebih keras dari berlian yang terbentuk di bumi.
“Penemuan terjadi secara tidak sengaja, tetapi kami yakin bahwa dengan mempelajari meteorit tersebut akan mengarahkan kepada temuan baru dalam sistem karbon,” ujar Tristan Ferroir dari Universitas de Lyon di Prancis.
Ferroir adalah penulis utama dalam laporan yang dipublikasikan di jurnal Sains Bumi dan Planet 15 Februari 2009.
Para peneliti menggosok sebuah potongan meteorit Havero kaya karbon yang jatuh ke bumi di Finlandia pada tahun 1971. Ketika mereka kemudian mempelajari permukaan yang dipoles tersebut ditemukan titik penuh karbon yang jumlahnya sangat banyak di bagian permukaan. Temuan itu memberikan petunjuk bahwa area tersebut lebih keras daripada berlian yang digunakan untuk memoles.
“Hal ini sebenarnya tidak mengejutkan,” ujar peneliti berlian Changfeng Chen dari Universitas Nevada di Las Vegas.
Dia menjelaskan bahwa beberapa kali selama proses grafit dapat menciptakan bentuk tidak beraturan bentuk zonanya yang tahan terhadap gesekan berlian.
Tetapi apa yang kemudian terjadi pada meteorit Havero adalah lapisan grafit terguncang dan panas untuk menciptakan batasan di antara lapisan tersebut.
Tim Ferroir mengambil langkah selanjutnya dan menempatkan kristal tahan berlian di bawah penyelidikan instrumen analisis mineral keras untuk mempelajari bagaimana struktur atomnya terbentuk.
Hal tersebut mengantarkan peneliti untuk menemukan fase baru polimorf karbon kristal sebagai salah satu tipe berlian yang diprediksi punah ribuan dekade lalu tetapi kenyataannya tidak pernah ditemukan hingga saat ini.
“Struktur baru tersebut sangatlah menarik,” ujar Chen. “Memberikan peneliti beberapa petunjuk, jadi kami dapat mencoba membuatnya di laboratorium dan kemudian menginvestigasinya.”[ito]
“Penemuan terjadi secara tidak sengaja, tetapi kami yakin bahwa dengan mempelajari meteorit tersebut akan mengarahkan kepada temuan baru dalam sistem karbon,” ujar Tristan Ferroir dari Universitas de Lyon di Prancis.
Ferroir adalah penulis utama dalam laporan yang dipublikasikan di jurnal Sains Bumi dan Planet 15 Februari 2009.
Para peneliti menggosok sebuah potongan meteorit Havero kaya karbon yang jatuh ke bumi di Finlandia pada tahun 1971. Ketika mereka kemudian mempelajari permukaan yang dipoles tersebut ditemukan titik penuh karbon yang jumlahnya sangat banyak di bagian permukaan. Temuan itu memberikan petunjuk bahwa area tersebut lebih keras daripada berlian yang digunakan untuk memoles.
“Hal ini sebenarnya tidak mengejutkan,” ujar peneliti berlian Changfeng Chen dari Universitas Nevada di Las Vegas.
Dia menjelaskan bahwa beberapa kali selama proses grafit dapat menciptakan bentuk tidak beraturan bentuk zonanya yang tahan terhadap gesekan berlian.
Tetapi apa yang kemudian terjadi pada meteorit Havero adalah lapisan grafit terguncang dan panas untuk menciptakan batasan di antara lapisan tersebut.
Tim Ferroir mengambil langkah selanjutnya dan menempatkan kristal tahan berlian di bawah penyelidikan instrumen analisis mineral keras untuk mempelajari bagaimana struktur atomnya terbentuk.
Hal tersebut mengantarkan peneliti untuk menemukan fase baru polimorf karbon kristal sebagai salah satu tipe berlian yang diprediksi punah ribuan dekade lalu tetapi kenyataannya tidak pernah ditemukan hingga saat ini.
“Struktur baru tersebut sangatlah menarik,” ujar Chen. “Memberikan peneliti beberapa petunjuk, jadi kami dapat mencoba membuatnya di laboratorium dan kemudian menginvestigasinya.”[ito]
Sumber: inilah.com
No comments:
Post a Comment